Uda lama ya gue ga nulis, terakhir akhir bulan Juni yang lalu. Entah kenapa gue lagi ga mood, gairah gue untuk nulis beberapa waktu yang lalu gaada. Jadinya ya gue ga nulis-nulis selama hampir sebulan. Bahkan cerita yang gue mulai di Kaskus pun jadi cukup terbengkalai. Gue merasa menjadi orang yang ga bertanggung jawab atas apa yang telah gue mulai.
Selain itu, sebenarnya dari bulan April gue sibuk banget. Engga sibuk banget sih. Tapi mulai sibuk banget sejak bulan Mei, karena bulan itu ada bulannya Mods alias Vespa. Dari dulu gue sangat mengagumi orang-orang yang memakai Vespa, karena Vespa itu unik dan jadul. Gue cinta sama segala hal yang unik dan jadul, ga semuanya sih, cuma hal-hal yang membuat gue tertarik aja. Nah, di bulan Mei itu, banyak banget acara Vespa, entah acara dari komunitas gue sendiri ataupun acara Vespa yang lainnya. Dan gue memutuskan untuk fokus ke Vespa pada bulan Mei.
Lalu, selama bulan Juni gue disibukkan dengan UAS semester 4. Iya UAS. Gue jadi mendadak rajin baca, rajin chat teman-teman kampus, dan rajin nulis, nulis contekan maksudnya hahahaha. Ditambah dengan pertengahan bulan Juni, awal puasa Ramadhan dimulai dan gue mulai disibukkan dengan ajakan buka puasa sekaligus reunian dengan teman-teman lama gue. Jadilah gue manusia paling sok
sibuk seantero negeri ini. Banyak ajakan jalan dan sahur on the road yang harus gue tolak karena bentrok dengan rencana yang telah dibuat. Bukannya mau sok sibuk, tapi gue lebih mementingkan kepada 'siapa yang lebih dulu mengajak' bukan 'siapa yang lebih diprioritaskan'.
sibuk seantero negeri ini. Banyak ajakan jalan dan sahur on the road yang harus gue tolak karena bentrok dengan rencana yang telah dibuat. Bukannya mau sok sibuk, tapi gue lebih mementingkan kepada 'siapa yang lebih dulu mengajak' bukan 'siapa yang lebih diprioritaskan'.
Lucunya, selama bulan Juni, yang mana merupakan bulan ter-sok-sibuk gue, gue malah lebih sering nulis. Ya walaupun ga tiap hari ataupun tiap minggu. Tapi gue lebih produktif untuk menulis pada bulan itu. Sejak bulan Juli gue ga nulis lagi dan mau gue mulai lagi.
Oke, gue terlalu banyak buat alasan. Maafin ya :(
13 Juni 2015
I got Whatsapp from unknown number. He said that he read my story which I posted on Kaskus and wanted me to write the next story. Seemed like he was interesting with my story. I got shocked of him! I just didn't expect that will be somebody really interesting with my story and directly message me about that.
Awalnya gue mikir, "kok ada aja orang yang sampai segininya tertarik sama karangan bebas asal-asalan yang gue buat ya?"
FYI, I never chat with stranger before. Stranger di sini yang gue maksud adalah "orang asing yang benar-benar ga gue kenal sama sekali lalu tiba-tiba chat gue". Hal pertama yang ada dalam pikiran gue saat pertama kali dia chat gue adalah bagaimana dia bisa mendapatkan nomor ponsel gue? Bahkan dia tau alamat rumah gue! Gokil!
Karena hal itulah gue menyebut dia sebagai PAPARAZZI. Sorry harus gue bold dan capslock. Biar jelas kalo blog kali ini gue dedikasikan untuk dia. I just hope that he won't gonna the one who describe in Paparazzi song. Please, don't be like that.
Let me tell you 'bout this man. Wait! I don't really know about him, is he man or boy, what his favorite music, where he lives, how he's growing up, or when he was born. I don't even know at all. Semua yang gue tulis ini hanya sepengetahuan gue tentang dia selama kami ber-chat-ria. Gue benar-benar tidak mengenal dia, yang gue kenal adalah dia yang selama ini gue anggap sebagai Paparazzi dan berkomunikasi lewat Whatsapp.
Sebenarnya gue sih yang agak kepede-an sampai menganggap dia Paparazzi gue. Karena hal yang tidak biasa yang dia lakukan ke gue itu. Bisa dapat nomor ponsel sampai alamat rumah gue. Bagi gue, nomor ponsel lebih private daripada ID LINE. Kenapa? Karena ID LINE maupun social media yang gue punya semuanya sama hahahaha. Dan kalau gue merasa terganggu dengan seseorang, gue bisa langsung block. Nah, kalo nomor ponsel gimana? Emang gue bisa block nomor orang yang ga jelas yang terus-terusan bisa telpon ataupun SMS gue? Engga! Bisa aja gue mengabaikan telpon ataupun SMS yang mengganggu itu, tapi kalo terus-terusan kaya gitu kan guenya juga yang kesel sendiri. Bisa juga gue ganti nomor ponsel, tapi sayangnya gue belum ada niat buat ganti nomor. Karena gue uda merasa klop sama nomor ini dan juga nomor inilah yang diketahui oleh banyak orang terdekat gue. Jadi, sayang banget kalau gue harus ganti nomor ponsel.
Dia, sang Paparazzi (duileh!), sok misterius banget, bikin sebel deh. Di awal conversation pertama, dia bilang, "Oh iya, panggil gue R aja". Hey! I didn't even asked your name! HHHHHHH. Tapi kalimat dia itu cukup buat gue sebel sih, berasa pengen dibilang apa sih sampe bilang "panggil gue R aja". Ga kebayang kalau misalkan sampai ketemu langsung, tatap muka, ngobrol secara empat mata, gue harus manggil dia "ARRRRR" atau "ERRRRR".
Dia juga typical orang yang tidak percaya dengan hal-hal di luar nalar, seperti mistis atau semacam itulah. Dia menjelaskan tentang hal itu karena dia tertarik dengan pelet yang gue tulis di dalam thread.
"And the reason why I keep asking pelet to you is simply coz I'm not believing it, and other supranatural things."
Dia bilang kalo dia bukan seorang yang beriman. Entah dia atheis, tidak meyakini agama kepercayaannya, atau apapun itu. Gue sama sekali ga tau persis. Gue berusaha untuk selalu menghargai pendapat dan keyakinan orang lain. Meskipun orang tsb tidak meyakini apapun, gue harus tetap dapat menghargai hal itu.
Yang makin buat gue kaget adalah ternyata dia seorang stalker! OMG!!!
Harusnya gue ga kaget sih, karena kan dia emang stalker dari awal. Kalau bukan stalker gimana caranya dia bisa dapat nomor ponsel gue? Ah emang guenya aja yang bloon. Gue cewe cerdas yang bloon.
Entah dia belajar psikologi atau dia penebak yang hebat, dia tau kalau gue ini hiperaktif. Tapi dia gatau kalau gue zuper duper hiperaktif hahahahaha. Gue cukup mengapresiasi ketertarikan dia pada hal yang sebenarnya hanya gue karang bebas. Gue ga berekspektasi sampai ada orang yang menaruh perhatian pada ke-gabut-an yang gue lakukan.
Di awal perbincangan kami, dia keliatan penasaran atas pengalaman percintaan gue. Entah apa alasan dan tujuan dia, tapi gue selalu cerita yang sebenarnya. Ga ada gunanya juga buat gue ngarang cerita yang sebenarnya ga pernah terjadi. Supaya dapat perhatian trus merasa dikasihani? Terima kasih, gue sendiri uda cukup kasian sama diri gue.
Entah apa yang ada dipikiran gue saat itu, sampai gue menanyakan hal ini ke dia. Mungkin akibat ke-galau-an yang tidak kunjung usai sampai gue meminta saran ke dia yang mana bagi gue, dia adalah orang yang benar-benar asing. Gue menanyakan saran dari dia atas ke-galau-an percintaan gue. Ga disangka, jawaban dia cukup membuat gue tercengang dan membuka mata gue lebar-lebar. Saran dan komentar dia cukup "ngena" sih dan buat gue memaki diri gue sendiri atas kebodohan yang berulang kali gue lakukan.
Banyak hal yang telah kami perbincangkan, mulai dari tololnya kehidupan, mengenaskannya sebuah cinta, bahkan sampai dengan bagaimana alkohol mempengaruhi kami. Gue menikmati tiap chat yang kami lakukan. Gue bukan tipe orang yang gampang banget diajak chat. Kalau gue bisa asik diajak chat, berarti orang itu cukup membuat gue tertarik. And yes, I'm interesting with him. I admit that. Karena gue tipe orang yang suka ngobrol langsung daripada sekedar chat.
Dia ga selalu chat gue. Kami ga punya intensitas perbincangan yang banyak. Tapi dari semua perbincangan yang terjadi, gue benar-benar merasa kalau ternyata masih banyak orang yang asik di luar sana. Meskipun dia stranger, gue merasa dia seperti teman yang telah gue kenal lama. Mungkin karena dia asik diajak chat dan kami cukup nyambung. Kalau lagi ga nyambung, emang dari guenya sendiri yang kadang suka susah paham.
Beberapa waktu yang lalu, dia ga chat gue untuk beberapa minggu. Mulai chat lagi setelah Lebaran kemarin. Di situ dia menyampaikan hal yang hmmmmmm buat gue agak sebel sih. Gatau kenapa dia menanyakan hal itu, tapi dia bilang kalau mau pelet gue. Lucunya, dia mau pelet gue tapi nanyain gimana caranya. Hey! Lo pikir gue dukun?! HHHHHHH.
Bagian yang cukup buat gue kesal adalah karena dia terang-terangan bilang mau pelet gue. Please, kata "pelet" cukup buat kuping dan hati gue merasa gatal. Gue trauma dengan hal itu. Tapi gue ga menunjukkan kekesalan gue itu ke dia, karena gue tau kalau dia cuma bercanda.
Lalu dia menginginkan gue untuk menulis lagi. Gue tau kalau dia kangen sama tulisan gue hahaha sorry kalau gue ke-pede-an. Sebagai bentuk apresiasi gue kepadanya, gue mulai menulis lagi dengan menjadikan dia sebagai topik dari tulisan gue. Meskipun awalnya gue gatau mau menulis tentang apa, tapi gue mencoba untuk menguraikan apa yang gue rasa ke dalam bentuk kata-kata. Ya, gue tau kalau kata-kata tidak akan pernah cukup mengungkapkan apa yang hati telah rasakan, seengganya cukup untuk menggambarkan.
Oh iya, gue ga menutup pikiran gue dari hal-hal buruk yang akan terjadi. Seperti, mungkin aja dia berpura-pura jadi Paparazzi untuk modusin gue. Walaupun sebenarnya kadang dia coba untuk flirting ke gue dan gue tau hal itu. But, who knows? What the hell I really care about that? Selama dia tidak sangat mengganggu gue, gue ga akan berpikiran hal negatif kepadanya. Gue gamau merubah pandangan gue ke dia karena hal kecil yang konyol. Toh juga dengan ataupun tanpa dia hidup gue akan tetap berjalan.
Sekali lagi, gue sangat berterima kasih kepada orang yang telah cukup rajin untuk menaruh perhatiannya pada gue. Dan juga bagaimana kemampuan stalking dia yang buat gue stand up applause. Keep stalking me!
"Smile at a Stranger. See what happens."
-Patti LuPone
Di awal perbincangan kami, dia keliatan penasaran atas pengalaman percintaan gue. Entah apa alasan dan tujuan dia, tapi gue selalu cerita yang sebenarnya. Ga ada gunanya juga buat gue ngarang cerita yang sebenarnya ga pernah terjadi. Supaya dapat perhatian trus merasa dikasihani? Terima kasih, gue sendiri uda cukup kasian sama diri gue.
Entah apa yang ada dipikiran gue saat itu, sampai gue menanyakan hal ini ke dia. Mungkin akibat ke-galau-an yang tidak kunjung usai sampai gue meminta saran ke dia yang mana bagi gue, dia adalah orang yang benar-benar asing. Gue menanyakan saran dari dia atas ke-galau-an percintaan gue. Ga disangka, jawaban dia cukup membuat gue tercengang dan membuka mata gue lebar-lebar. Saran dan komentar dia cukup "ngena" sih dan buat gue memaki diri gue sendiri atas kebodohan yang berulang kali gue lakukan.
Banyak hal yang telah kami perbincangkan, mulai dari tololnya kehidupan, mengenaskannya sebuah cinta, bahkan sampai dengan bagaimana alkohol mempengaruhi kami. Gue menikmati tiap chat yang kami lakukan. Gue bukan tipe orang yang gampang banget diajak chat. Kalau gue bisa asik diajak chat, berarti orang itu cukup membuat gue tertarik. And yes, I'm interesting with him. I admit that. Karena gue tipe orang yang suka ngobrol langsung daripada sekedar chat.
Dia ga selalu chat gue. Kami ga punya intensitas perbincangan yang banyak. Tapi dari semua perbincangan yang terjadi, gue benar-benar merasa kalau ternyata masih banyak orang yang asik di luar sana. Meskipun dia stranger, gue merasa dia seperti teman yang telah gue kenal lama. Mungkin karena dia asik diajak chat dan kami cukup nyambung. Kalau lagi ga nyambung, emang dari guenya sendiri yang kadang suka susah paham.
Beberapa waktu yang lalu, dia ga chat gue untuk beberapa minggu. Mulai chat lagi setelah Lebaran kemarin. Di situ dia menyampaikan hal yang hmmmmmm buat gue agak sebel sih. Gatau kenapa dia menanyakan hal itu, tapi dia bilang kalau mau pelet gue. Lucunya, dia mau pelet gue tapi nanyain gimana caranya. Hey! Lo pikir gue dukun?! HHHHHHH.
Bagian yang cukup buat gue kesal adalah karena dia terang-terangan bilang mau pelet gue. Please, kata "pelet" cukup buat kuping dan hati gue merasa gatal. Gue trauma dengan hal itu. Tapi gue ga menunjukkan kekesalan gue itu ke dia, karena gue tau kalau dia cuma bercanda.
Lalu dia menginginkan gue untuk menulis lagi. Gue tau kalau dia kangen sama tulisan gue hahaha sorry kalau gue ke-pede-an. Sebagai bentuk apresiasi gue kepadanya, gue mulai menulis lagi dengan menjadikan dia sebagai topik dari tulisan gue. Meskipun awalnya gue gatau mau menulis tentang apa, tapi gue mencoba untuk menguraikan apa yang gue rasa ke dalam bentuk kata-kata. Ya, gue tau kalau kata-kata tidak akan pernah cukup mengungkapkan apa yang hati telah rasakan, seengganya cukup untuk menggambarkan.
Oh iya, gue ga menutup pikiran gue dari hal-hal buruk yang akan terjadi. Seperti, mungkin aja dia berpura-pura jadi Paparazzi untuk modusin gue. Walaupun sebenarnya kadang dia coba untuk flirting ke gue dan gue tau hal itu. But, who knows? What the hell I really care about that? Selama dia tidak sangat mengganggu gue, gue ga akan berpikiran hal negatif kepadanya. Gue gamau merubah pandangan gue ke dia karena hal kecil yang konyol. Toh juga dengan ataupun tanpa dia hidup gue akan tetap berjalan.
Sekali lagi, gue sangat berterima kasih kepada orang yang telah cukup rajin untuk menaruh perhatiannya pada gue. Dan juga bagaimana kemampuan stalking dia yang buat gue stand up applause. Keep stalking me!
"Smile at a Stranger. See what happens."
-Patti LuPone
No comments:
Post a Comment