Monday, June 29, 2015

Hal Konyol yang Dinamakan Pendewasaan

Beberapa hari ini gue merenung, memahami akan arti hidup yang selama ini gue jalani. Gue sadar kalau umur gue semakin lama semakin bertambah. Yang berarti waktu yang gue miliki di hidup ini juga semakin berkurang. Sesaat buat gue merasa bahwa kadang apa yang gue lakukan dan pikirkan itu lebih banyak yang sia-sia daripada yang bermanfaat. Lalu gue menyadari hal yang lain, bahwa gue emang harus merasakan kesia-siaan itu dahulu baru merasakan manfaatnya.

Gue ga bisa memaksakan hak orang lain untuk selalu menilai gue baik di mata mereka. Banyak orang yang memandang gue buruk. Itu merupakan salah satu hal yang kadang buat gue menyalahkan diri gue sendiri. Apa yang telah gue perbuat sampai membuat orang-orang memandang dan berkata hal-hal negatif tentang gue? Setelah itu gue berpikir, apa artinya hidup kalau tidak pernah menghadapi masalah? Apa tantangannya kalau kita ga pernah merasakan keterpurukan? Gaada! 

Saat gue berada dalam keterpurukan di titik terendah, untuk sejenak gue merenung dan diam. Kadang diam, tidak melakukan apa-apa ataupun memikirkan sesuatu, menjadi kegiatan yang sangat menyenangkan bagi gue. Saat diam bisa membuat gue tenang, gue lebih memilih untuk diam. Tetapi, gue ga bisa selamanya diam. Terlalu banyak diam dan tidak melakukan tindakan dapat
mengakibatkan hal yang lebih buruk. Diam sejenak, lalu berpikir, setelah itu melakukan tindakan adalah keputusan yang tepat. Jadi, kalau ada pepatah "diam adalah emas", ga selamanya benar untuk gue. Tergantung pada situasi dan kondisi yang berlaku saat itu.

Hidup ini ga terduga. Yup, betul! Ga ada satupun orang di dunia ini yang bisa membaca masa depan dengan detail. Ramalan atau apapun itu, gue menganggapnya hanya sebagai dugaan atau perkiraan. Masa depan menjadi salah satu hal yang menjadi kekhawatiran gue. Karena gue gatau masa depan gue seperti apa, buat gue jadi bingung harus kaya gimana. Apa yang harus gue persiapkan? Apa yang harus gue lakukan saat gue menghadapi masa depan itu? Lalu gue teringat apa yang pernah Ibu gue katakan,

"Kamu tuh uda 20 tahun, jangan kaya anak kecil terus. Dewasa dong, dek!"

Oke, akhirnya gue membuka identitas gue yang sebenarnya. Umur gue 20 tahun dan gue sangat membencinya. Kenapa? Karena dengan semakin bertambahnya "angka" itu, akan semakin banyak tanggung jawab, masalah, dan hal-hal ga penting lain yang bakal gue tanggung! Selama ini gue selalu menganggap diri gue yang sekarang adalah diri gue yang ga pernah akan menua. Karena gue ga suka jadi tua! Alasan konyol itu yang buat gue berpenampilan dan berperilaku tidak seperti umur gue yang sebenarnya. Dulu gue berpikir tumbuh dewasa itu sepertinya asik. Lalu tiba saatnya dimana gue merasakan perlahan-lahan kedewasaan itu datang. Dan apa yang gue pikirkan? LEBIH ASIK JADI ANAK KECIL!

Pasti ga cuman gue yang berpikir kaya gitu. Kayanya sih gitu hahaha. Ya karena jadi anak kecil ga perlu repot-repot mikirin hal yang ga penting, yang ga pasti, yang cuman buat stres diri sendiri. Ga perlu mikirin sekolah, duit, percintaan, tanggung jawab. Yang penting hati senang, riang gembira. Ga peduli sama apa yang terjadi di dunia ini yang penting bisa main. Walaupun begitu, ga selamanya gue harus begini terus. Terus-terusan berperilaku seperti anak kecil. Gue gabisa memandang dunia ini kecil, gue harus memandangnya lebih luas lagi. Being open minded, jadi salah satu cara gue menuju pendewasaan. Ditambah dengan kegiatan rutin gue, merenung. Jangan salah, merenung juga termasuk dalam bentuk introspeksi diri. 

Gue selalu mencoba untuk bersikap dewasa. Maksudnya begini, gue memandang hal di depan mata gue secara dewasa, menjadi sok bijak. Tapi ga mau jadi sok dewasa juga! Duh, bingung kan? Belum lagi gue harus tetap konsisten pada sesuatu yang selalu gue pegang teguh, yaitu gamau jadi tua. Gimana caranya supaya semua hal itu berjalan bersamaan? Jadilah gue yang sekarang ini, berpenampilan seperti anak SMA tetapi dengan pemikiran seperti orang dewasa. Kadang buat gue capek sendiri loh. Gue gamau jadi tua tapi juga gamau dianggep kaya anak kecil. Ah, serba salah  kan kaya Raissa :(

Emangnya apa sih artinya dewasa itu? Gue sendiri juga ga tau sih. Yang gue pahami selama ini, menjadi dewasa adalah dengan gue mencoba untuk ga bergantung sama orang lain. Menjadi dewasa adalah gue harus bertanggung jawab atas segala pilihan yang telah gue ambil. Menjadi dewasa adalah semakin banyak tempat yang gue singgahi, akan semakin banyak pula orang-orang yang akan gue kenal. Menjadi dewasa adalah menyadari bahwa dengan banyaknya orang yang gue kenal, akan banyak pula kemungkinan permasalahan yang akan gue hadapi.  Menjadi dewasa adalah mengerti dan memahami karakter beserta dengan segala keburukan yang dimiliki orang lain. Menjadi dewasa adalah gue tau bahwa ga semua orang-orang yang gue kenal akan selalu berpihak pada gue. Menjadi dewasa adalah menyadari bahwa cibiran yang diberikan dari orang-orang di sekitar gue dapat gue rubah menjadi motivasi yang membangun. Menjadi dewasa adalah akan lebih banyak caci maki yang lo terima daripada dukungan yang didapatkan.

Menjadi dewasa adalah percaya kalau ga banyak orang yang dapat gue percaya. Menjadi dewasa adalah gue harus mengerti bahwa ga tiap orang bisa menjadi seperti apa yang gue harapkan. Menjadi dewasa adalah sadar bahwa gue bukan menjadi prioritas utama tiap orang. Menjadi dewasa adalah jangan terlalu banyak berharap pada orang lain, termasuk keluarga sendiri. Menjadi dewasa adalah jangan berekspektasi terlalu tinggi terhadap sesuatu ataupun seseorang. Menjadi dewasa adalah menyadari bahwa selama ini ga ada yang bertahan lama. Menjadi dewasa adalah menyadari bahwa gue gabisa bergantung pada orang lain selain diri gue sendiri, menjadikan diri gue individual banget. Menjadi dewasa adalah sesuatu yang sulit. Menjadi dewasa adalah sebuah hal yang harus dihadapi tiap manusia. Menjadi dewasa ga hanya sebuah pilihan tapi merupakan sebuah keharusan. Menjadi dewasa harus dijalani demi berkembangnya diri seseorang. Karena menjadi dewasa tidak harus selalu menjadi tua.

Ternyata menjadi dewasa itu cukup menyenangkan, meskipun sulit dilakukan. Walaupun sulit, bukan berarti tidak bisa dilakukan. Bisa dilakukan, dan terbiasalah dengan hal sulit itu. Maka sesuatu yang sulit pun akan menjadi sangat menyenangkan. Sehingga membuat gue merasa bahwa menjadi dewasa adalah hal yang sangat mudah bagi gue. 

Proses pendewasaan ini membuat gue berpikir kalau ternyata hal yang sekonyol ini ga harus gue pikirkan terlalu serius. Karena secara ga langsung, lingkungan yang ada di sekitar gue pun ikut mengalami pendewasaan. Gue terbantu dengan adanya orang-orang di sekitar gue. Mereka ga pernah sekalipun membantu gue secara langsung, tetapi mereka mengajarkan gue bahwa kami tumbuh dewasa bersama. Sesuatu yang dilakukan bersama, terasa lebih ringan daripada dilakukan sendiri. Benar bukan?

No comments:

Post a Comment