Tuesday, June 23, 2015

Hidup Penuh Drama

Tadi malam gue datang ke Ero, sebuah warkop yang berada persis di depan SMAN 31 Jakarta. Ero adalah nama dari pemilik warkop itu. Ero juga yang menjadi cikal bakal terbentuknya sebutan untuk SMA gue, Infrontero, yang artinya Di Depan Ero. Cukup aneh bagi gue, lol.

Gue datang ke sana dengan niat mau burn CD di tempat foto copy yang berada persis di sebelah Ero, ya sekalian nongkrong sih hehe. Ero seperti kebanyakan warkop lainnya. menjual kopi dan minuman lainnya beserta mie instan dan bubur kacang ijo. Tempatnya kecil bisa dibilang cukup sempit, beukuran kira-kira 3x4 meter. Ero menjadi pilihan alternatif tujuan gue saat gue lagi gabut atau bingung mau kemana. 

Saat gue sampai di sana, ada beberapa orang teman gue, Alfi (Kiting), Joe, dan yang lainnya. Alfi terlihat sedang sibuk main game di gadgetny dan Joe ngobrol dengan teman gue yang lain. Ga lama setelah gue sampai, datang seorang laki-laki memakai hoodie berwarna hitam yang masih memakai helm dan mukanya tertutup oleh buff. Dia adalah Azis alias Keling, teman semasa SMA gue dulu. Kenapa Azis dipanggil Keling? Ga lain karena kulitnya yang berwarna sawo matang yang membuatnya terlihat seperti anak yang sering bermain di bawah sinar matahari yang membuat kulitnya menjadi keling. Keling melepas helm dan hoodienya, lalu memakai kacamata yang sering ia gunakan.

Selalu menjadi hal yang menarik kalau gue mulai ngobrol sama Keling. Karakter dia yang suka bercanda, buat gue jadi terbawa. Kalimat pertama yang ia katakan pas ketemu gue adalah, "Raditnya mana Jani?" Ia selalu memanggil gue dengan sebutan Jani, cuman untuk bercandaan aja sih. Jani adalah sebutan gue semasa SMA dan Radit menjadi sebutan pacar gue saat itu. Kenapa Radit dan Jani? Karena kami (gue dan mantan gue) itu dianggap sangat mewakili hubungan yang terjadi di film Radit dan Jani. Rock n' Roll dan penuh drama. Entah kenapa sampai sekarang panggilan Jani itu masih melekat di diri gue, padahal uda hampir 2 tahun yang lalu gue memutuskan hubungan dengan mantan gue itu. Mungkin karena sikap gue yang sampai saat ini masih seperti Jani hahaha. Atau mungkin untuk sekedar bercandaan aja. 

"Gue lagi galau nih, Ling," keluh gue ke Keling.
"Kenapa lagi sih Jani? Galau mulu."
"EH GA MULU YA! Baru kali ini gue galau berkepanjangan."
"Masa?"
"Iya..."
"BODO!!! HAHAHAHA."
"Ih gitu kan, jahat deh," gue sok bete.
"Yaudah gausah dipikirin, kan ada aku," mulai deh gombalnya.
"Gatau ya, Ling. Sekarang kok gue ngerasa penuh drama banget."
"Se-drama pas sama Radit dulu ga?"
"Engga sih. Eh tapi ya baru sadar gue kalau ternyata hidup gue penuh drama."
"Uda gausah dipikirin, Sa."

Dari percakapan itu yang buat gue benar-benar sadar kalau memang kenyataannya hidup gue penuh drama terlebih lagi dalam soal asmara, soal cowo! Harus gue akui, selama hampir 2 tahun ini, ternyata gue galau. Buset! Kok bisa? Gue juga gatau kenapa bisa. Padahal gue ga ngerasa galauin apa-apa. Mungkin gue galau, tapi gue gamau mengakuinya aja. Gue lebih memilih buat cuek dan sibuk sama kegiatan ga penting gue. 

Meskipun gue belum pacaran lagi, tapi kadang gue galau. Aneh ga? Gue ngerasa aneh soalnya. Lucunya, gue suka galauin hal yang ga penting. Ya tentang cowo itu. Mending kalo itu cowo uda jadi pacar gue, lah ini gebetan aja bukan! Lagi ada deketin gue, trus gue ngerasa ga cocok tapi bingung mau ngejauhin dia gimana caranya. Gue galau gajelas. Pernah juga lagi deket sama si itu yang lain, gue illfeel tapi dianya makin agresif, gue mulai drama lagi. 

Drama gue yang paling cukup membuat gue galau adalah saat gue dekat dengan seorang cowo yang gue anggap cukup agamis. Sempat dekat sekitar hampir 3 bulan. Gue baru sadar kalau kami dekat itu pas masuk ke bulan ke-3. Gue emang gini, ga peka! Bloon juga! Untungnya gue cantik dan cerdas hihihi. Gue galau karena gue bingung harus ngelanjutin kedekatan gue itu atau engga. Sampai akhirnya gue memutuskan untuk bertahan sama dia. Lalu muncul saat dimana kegoblokan gue mendominasi pikiran gue. Tiba-tiba gue menanyakan hal yang sangat sensitif ke cowo itu,

"Sebenarnya kita ini apa sih?"
"....." dia diam seribu bahasa....
"Kamu anggap aku sebagai apa?"
"Teman special." WAIT! TEMAN SPECIAL? Gue ga ngerti sama jalan pikiran dia.
"Seberapa special?" tanya gue lagi.
"Lebih dari teman biasa." gue makin bingung.
"Kamu sayang aku?"
"Sayang."
"Seberapa sayang?"
"Sewajarnya seorang teman sayang ke temannya."

BISA KALIAN CERNA GA PERCAKAPAN DI ATAS? TOLONG BILANG SAMA GUE KALAU KALIAN JUGA BINGUNG!

Percakapan di atas buat gue galau yang hampir ga berkesudahan. Dan ternyata, itu adalah percakapan terakhir gue dengan dia secara langsung. Beberapa hari setelahnya, dia pergi menghilang. Ga sepenuhnya menghilang sih, tapi chat gue mulai ga di balas dan itu cukup buat gue galau, memulai drama kegalauan gue selama 1 bulan. Gue minta saran dari teman-teman gue dan yang bisa mereka katakan adalah "uda cukup jelas kalau lo cuman mainin, Ca". 

Selama 1 bulan itu gue ada dalam kondisi galau, gue gatau salah apa yang uda gue perbuat ke dia. Buat gue jadi mikir dan bertanya-tanya dalam diri. Tapi gue terlalu takut buat nanya langsung ke dia karena penolakan dan ketidakmauan dia untuk memberi tau gue. Ditambah dengan gengsi  yang buat gue gamau terlihat seakan mengejar dia.

Beberapa bulan setelah kejadian itu, gue memulai drama lagi dengan orang baru. Sampai detik ini dimana post ini diketik, gue masih menjalani drama yang berisi dengan kegalauan di dalamnya. Seminggu belakangan ini, gue merasa galau yang cukup aneh. Gue cuman berharap kalau minggu ini galau gue selesai. Untuk masalah dramanya, gue belum tau kapan selesainya. Akan selalu ada episode terbaru yang berbeda dari drama hidup gue.


"If you play DRAMA, you will get KARMA."

No comments:

Post a Comment