Monday, June 22, 2015

Jakartaku Sayang, Jakartaku Malang



Hari ini, 22 Juni 2015, tepat 488 tahun Jakarta telah berdiri. Sebelumnya, gue mau mengucapkan selamat Hari Jadi untuk Jakarta. Apa bedanya antara ulang tahun dan hari jadi? Gue gatau, mari lupakan perbedaan diantara kedua arti itu.

Sebagai orang Jakarta, gue cukup bangga sekaligus miris melihat perkembangan kota kelahiran gue ini. Gue lahir, tumbuh, dan berkembang di Jakarta. Sudah pasti gue merasakan betul banyak perbedaan yang terjadi sejak gue lahir hingga saat ini. Dari yang cuma sekedar sebagai ibukota, sampai berubah menjadi kota metropolitan. 

Gue sempat merasakan kerusuhan tahun 98 lalu yang berpusat di Jakarta. Saat dimana mantan Presiden kita tercinta, Bapak Soeharto, digulingkan oleh para mahasiswa. Meskipun saat itu gue masih balita, tapi masih ada sedikit ingatan yang cukup gue ingat. Sampai dengan permasalahan yang sampai saat ini tak kunjung selesai, apalagi kalau bukan banjir dan macet? Gue pun sempat merasakan saat rumah gue mengalami kebanjiran, tahun 2002 yang lalu. Ya ga separah di wilayah Kampung Pulo itu sih. Banjirnya juga di jalanan depan rumah doang. Tapi seengganya, gue merasakan banjir di tempat-tempat lain.

Banyak yang bilang bahwa Jakarta adalah Kota Impian. Benar dan salah. Benar, karena seluruh kegiatan ekonomi, pemerintahan, hingga entertain berpusat di Jakarta. Hal itu terjadi karena Jakarta adalah ibukota negara kita tercinta ini. Salah, karena impian itu tidak seindah yang dibayangkan. Kalau ada berpikiran bahwa dengan ke Jakarta lo bisa meraih impian lo, coba pikir ulang. Ga cuman lo yang punya keinginan untuk bisa meraih impian lo di Jakarta dan ga akan mudah untuk lo meraih itu. Karena lo akan bersaing dengan ribuan orang lainnya yang datang dan tinggal sedari dulu di Jakarta. Ga salah kalau ada banyak pendatang dari luar Jakarta yang memutuskan untuk datang dan menetap di ibukota ini, termasuk orang tua gue. Ah tidak, orang tua gue datang ke Jakarta karena dinas dan tuntutan pekerjaan.

Jakarta juga menjadi tolak ukur bagi kota-kota lain di Indonesia, entah itu trend yang terjadi maupun dalam bidang lainnya. Tapi jangan salah, Jakarta ga seindah yang terlihat di FTV ataupun sinetron lainnya. Dan juga, ga seburuk apa yang sering ditulis dalam artikel maupun berita. Tergantung dari perspektif mana lo melihat dan kondisi yang terjadi. Semuanya menjadi subjektif saat lo berada di Jakarta. 

Oke, sekarang gue mau bahas banjir dan macet. Kenapa? Karena dua hal itu adalah permasalahan yang tak kunjung selesai hingga detik ini. Sejak diadakannya Pemilu Presiden tahun 2004 lalu hingga Pilkada, semua calon pemimpin selalu menjanjikan untuk segera membereskan kedua masalah itu. Telah 11 tahun berlalu saat janji itu diklarasikan dan saat ini belum ada pembuktian yang terlihat secara nyata akan pembuktiannya. 

Mungkin banyak dari warga Jakarta yang merasa tertipu akan janji saat kampanye dulu. Hey! Kalian pikir untuk membenahi Jakarta semudah dan secepat itu? ENGGA!
Dibutuhkan waktu yang lama dan juga dukungan dari warga Jakarta itu sendiri untuk membenahi Jakarta. Dari tahun ke tahun, warga Jakarta semakin bertambah, belum lagi warga yang tidak berpenduduk resmi sebagai warga Jakarta. Bisa kalian lihat sendiri kan, gimana semerawut dan penuhnya ibukota kita ini? Pertumbuhan penduduk yang pesat tidak diiringi kapasitas luas wilayah yang membuat Jakarta menjadi sepadat sekarang ini.

BANJIR
Harus gue capslock dan bold. Hampir setiap musim hujan tiba, pasti Jakarta mengalami banjir. Ga di tiap wilayah, tapi ada beberapa titik yang pasti mengalami banjir. Banyak orang yang menyalahkan dan menganggap Bogor yang menjadi dalang dari banjirnya Jakarta, karena air kirimannya itu. Tolong, jangan asal menjudge seperti itu ya! ;)

Mari kita lihat bagaimana bisa Jakarta selalu kebanjiran. Masalah utamanya adalah karena berada di wilayah dataran rendah dengan ketinggian rata-rata +7 di atas permukaan laut. Ga salah dong kalau air sangat menyukai Jakarta? Hukum gravitasi pun akan selalu membuat air akan jatuh dari atas ke bawah. Kalau jatuhnya ke atas, bukan jatuh dong namanya tapi naik hahaha.

Ditambah dengan pertumbuhan gedung-gedung, pusat perbelanjaan, dan perumahan yang semakin menjamur di Jakarta yang mengurangi lahan terbuka hijau dan semakin menyempitnya daerah resapan air. Yang mengakibatkan tiap tetesan air hujan yang turun, jadi tidak terserap dengan baik karena tanah dan pohon telah berubah menjadi lantai dan beton. Mungkin karena Jakarta adalah ibukota yang membuat banyak orang berpikir kalau berinvestasi di Jakarta akan cukup menguntungkan. Ya tapi investasinya kan ga perlu dalam bidang properti juga. Investasi yang paling menguntungkan adalah berinvestasi tanah, karena tanah tidak akan berkembang biak dan semakin berkurang dibandingkan dengan air. Ga salah kalau harga tanah di Jakarta makin mahal. Duh, gimana nanti kalau gue mau punya rumah ya :(

Gue sempat berpikir, kalau nanti gue punya uang yang banyak gue mau berinvestasi di bidang lingkungan. Gue punya keinginan untuk membuat sebuah taman yang besar, sebuah wilayah yang dapat menjadi daerah resapan dan pusat oksigen di Jakarta. Gue ga peduli sama profit. Mau untung kek, mau rugi kek, yang penting keinginan gue terwujud. Masalahnya, tanah lapang di Jakarta aja sekarang susah didapatkan gimana bisa gue mewujudkan keinginan gue itu? Aku sedih mas :(

MACET
Gue capslock dan bold lagi ya. Sorry kalau gue agak nyebelin, emang gue menyebalkan kok :)
Ini nih yang paling sering gue alamin. Tiap hari Jakarta pasti macet, dimana-mana, bahkan di gang sempit pun kadang macet! Gue merasa miris.

Pertumbuhan kendaraan bermotor selalu meningkat tapi tidak didukung dengan perluasan jalan-jalan yang memadai. Gue merasa bahwa tingkat kegengsian warga Jakarta lebih tinggi daripada kepekaannya terhadap lingkungan. Mayoritas warga Jakarta lebih memilih untuk mengendarai kendaraan pribadinya daripada menggunakan moda transportasi umum. Karena memang mengendarai kendaraan pribadi itu jauh lebih nyaman dan menghemat waktu yang banyak. Gue mengakui hal itu, karena gue lebih memilih untuk naik scooter gue daripada naik angkot.

Sebelum gue memanfaatkan scooter gue untuk mendukung aktivitas sehari-hari gue, gue lebih banyak menghabiskan waktu gue di jalan, di dalam angkot, kendaraan umum. Padahal sebenarnya bisa saja gue minta tolong keluarga ataupun teman-teman gue untuk mengantar gue, tapi gue gamau. Gue ini cewe mandiri, bro! Bukan gue banget kalau kemana-mana dianter jemput. Dan gue tau betul gimana kesal dan tidak nyamannya naik kendaraan umum. Memakan lebih banyak waktu untuk sampai ke tujuan dan mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk bayar angkot daripada beli bensin. Ditambah dengan moda transportasi umum dan fasilitas pendukungnya yang cukup tidak layak. Oh iya, attitude dari supirnya juga kadang membahayakan penumpangnya. Suka bikin was-was gitu deh, apalagi kalau uda balap-balapan sama sesama angkot lain. Tapi seru!

Karena alasan-alasan tersebut yang mungkin buat warga Jakarta lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada angkutan umum. Padahal kalau naik angkutan umum, secara ga langsung kita membantu warga lain untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, loh. Ah, emang kita aja yang males. Harus kasih banyak alasan dulu supaya kita ga disalahkan. Ya ya ya, gue mengakui kalau gue termasuk dari salah satu warga Jakarta yang seperti itu.

Semakin gue beranjak dewasa, ceileh, semakin tua juga umur kota gue ini. Semakin gue menyadari betapa cintanya gue sama Jakarta. Gue sering banget mengeluh, panasnya, polusinya, macetnya, warganya, tapi percayalah hal itu gue lakukan karena gue cinta sama Jakarta. Gue pernah bilang sama teman gue, "mau Jakarta dimaki sama kota lain kek, mau macet kek, mau jelek kaya gimana juga semua kehidupan gue ada di sini!"
Gue merasakan bahwa Jakarta juga lelah, menjadi penampung kehidupan dan kegiatan kita. Jakarta ingin bahagia, Jakarta ingin dicintai. Jakarta ingin dirawat. Tapi ga banyak dari orang-orang yang menumpang di dalamnya sadar akan hal itu. Percayalah, bahwa kita semua terlalu egois dan tidak peduli dengan tempat yang memberi kita kehidupan ini. 
Oh iya, gue juga mau menyampaikan apresiasi gue kepada orang-orang yang telah mendukung dan menyukseskan untuk perbaikan Jakarta. Entah itu, pemerintah maupun warganya sendiri. Ayo kita pertahankan dan terus perbaiki Jakarta supaya bisa menjadi kota yang nyaman. 


"Dari kita, oleh kita, dan untuk kita".

No comments:

Post a Comment