Thursday, June 25, 2015

That What's Friends Are For



Berawal dari chat, membuat gue jadi mau nulis tentang hal ini.

Rahardian Fabianto a.k.a Jokaw, salah satu teman semasa SMA dulu. Terdapat sebuah kalimat dari chat conversation kami barusan yang buat gue benar-benar bersyukur punya teman-teman seperti mereka.

'Sama2 Sa, di sini gunanya teman, ada ketika teman butuh tanpa meminta'.

Sejak tragedi 2010 lalu, membuat gue kehilang hampir semua teman-teman dan orang-orang yang gue kenal dulu, baik itu cewe maupun cowo. Saat dulu gue pacaran sama Rhesa, secara ga langsung dia menjauhkan gue dari teman-teman gue. Mayoritas teman-teman gue adalah cowo, sekitar 70%, dan Rhesa ga suka kalau gue main sama cowo. Wajar sih, karena mungkin dia takut gue selingkuh atau suka sama orang lain. Tapi ketidakwajaran mulai muncul saat dia berubah jadi sangat posesif tentang segala aktivitas gue, termasuk teman-teman gue. Karena berbagai macam alasan yang gabisa gue sebutin semua, membuat gue menjauh dan dijauhi sama teman-teman gue. 

Lalu, saat gue putus dari Rhesa 2013 lalu, hal pertama yang gue lakukan adalah menjalin kembali dan mencari teman sebanyak-banyaknya! Gue bersumpah, "mulai saat ini, gue ga akan pernah
lagi menyia-nyiakan orang-orang yang telah masuk ke dalam hidup gue!" termasuk teman-teman lama gue. Mulailah gue menjalin komunikasi dengan teman-teman lama gue, termasuk Jokaw.


JOKAW

note: Jokaw yang sebelah kiri

Awal perkenalan gue dengan dia karena Derry, mantan gue sebelum Rhesa. Jokaw dan Derry teman semasa SMP, lalu gue ketemu Jokaw saat di SMA. Dia tau kalau gue cewenya Derry saat itu, jadi buat kami sering ngobrol bahkan pulang bareng. Tapi setelah gue jadian sama Rhesa, gue jadi jauh sama Jokaw. Gue ngerti kenapa alasannya dan gue gamau mencari masalah dengan alasan itu.

Sejak putus, gue jadi sering komunikasi sama Jokaw. Ga intens sih, cuman sekedar teman curhat ataupun chat dia buat ngajak nongkrong bareng. Alhamdulillah, Jokaw welcome sama gue.  Dia tidak pernah mempedulikan masa lalu gue, yang buat gue sangat menghargai apa yang selalu dia berikan ke gue. Kadang kami facetime berdua kalau lagi bete, sering curhat-curhatan juga. Oh iya, dia salah satu orang yang selalu gue kabari kalau gue lagi dekat dengan seseorang. 

Karakternya yang humoris buat gue selalu terhibur kalau lagi chat ataupun ketemu sama dia. Gue yang bertipikal serius lalu ketemu dia yang humoris, selalu dapat mencairkan masalah-masalah yang lagi gue hadapi. Begitupun kalau gue lagi curhat sama dia. Kadang suka terselip lelucon yang muncul dari bibirnya. Sangat menghibur gue. Ga pernah sekalipun gue ga tertawa kalau lagi ketemu ataupun chat sama dia. Gue bersyukur bisa kenal sama Jokaw sampai sekarang. Meskipun kami tidak sering ketemu, tapi komunikasi kami dipermudah dengan berkembangnya teknologi.

note: pardon my face :(

Kata orang kebanyakan, gue orangnya supel dan mudah membaur dengan lingkungan baru. Yup, I am! Uda menjadi karakter gue yang ramah dan welcome sama orang-orang baru. Meskipun begitu, ga banyak orang-orang yang dapat menerima kondisi dan karakter gue yang seperti ini. Kadang gue merasa bahwa karakter gue ini menjadi boomerang untuk diri gue sendiri. Ditambah dengan pengalaman-pengalaman akan pengkhianatan yang gue terima dari beberapa orang, yang membuat gue jadi lebih berhati-hati dalam bersikap dan  berbicara dengan orang baru.

I have a lot of friends! Sekarang gue lebih sering menerima kritikan 'gila ya lo, sekarang mainnya kemana-mana'. Karena sifat gue yang ga bisa betah, yang buat gue jadi lebih sering keluar rumah dan memilih untuk ketemu teman-teman gue. Gue pun melakukan banyak cara untuk membuat lingkup pergaulan gue lebih luas. Meskipun begitu, jadi sangat sulit buat gue memiliki seorang sahabat (lagi) ataupun orang yang dapat gue percaya. Tapi gue mencoba untuk terbuka dengan orang baru sambil memahami apakah orang itu layak gue anggap sebangai "teman".

Gue yang sekarang bisa dibilang ga punya sahabat. Bukan berarti gue ga punya orang-orang yang dapat gue percaya, kan? Orang-orang yang telah masuk ke kategori dari standar yang telah gue tetapkan, gue anggap sebagai teman dekat. Hampir mendekati sahabat lebih tepatnya. Jokaw termasuk salah satu di antaranya. 

ANDRE

Nama lengkapnya Andreas Kristianto Gumawan. Pertama kali kenal Andre saat Ospek masuk kuliah. Dari Ospek sampai semester 3 gue satu kelas sama dia. Mungkin karena kami sama-sama berasal dari wilayah Timur, yang buat kami jadi lumayan sepaham dan sepermainan. Multikultural yang sangat kental di BINUS, membuat kami jadi lebih dekat  (itu yang gue rasa) dalam menyikapi masa transisi kedewasaan selama di dunia perkuliahan. 

Andre menjadi salah satu orang yang gue percaya dan gue anggap dekat dalam konteks pertemanan. Melihat diri gue yang (mungkin) sepermainan dengannya, yang membuat dia memutuskan untuk membawa gue ke tongkrongannya di Duren Sawit. Cara penerimaan gue yang welcome dengan teman-temannya, buat gue jadi lebih sering diajak ke sana. Sampai gue nongkrong dengan teman-temannya meskipun tanpa ada dia. 

Andre punya sifat yang angin-angin, tapi lebih parah daripada gue. Dia juga cukup jago main gitar dan bernyanyi, yang buat gue kagum sama dia. Kadang dia suka kesal tanpa sebab sama gue. Gue mencoba memahami dia. Ada satu nasihat dari seorang teman, "mau si itu kaya gini, sifatnya jelek banget, dia tetap teman gue dan uda jadi tugas gue sebagai teman untuk mengerti dia". Nasihat itu yang gue pakai sampai sekarang, termasuk terhadap Andre.



Sejak semester 4 ini, gue jadi jarang main ataupun komunikasi sama Andre. Karena kami berbeda kelas. Buat gue merasa sedikit jauh dengan dia. Gue mencoba untuk mengerti kondisi tsb.  Meskipun begitu, gue menganggap Andre sebagai salah satu teman yang gue anggap cukup dekat melebihi teman-teman gue yang lain. 

Dia juga bukan tipe orang yang mengungkit. Saat dulu  masih sering main bareng, kadang kami suka bergantian saling ngebayarin. Karena Andre tipe orang yang royal dengan teman, gue pun jadi ikut menerapkan prinsip itu ke dia. Andre menjadi salah satu teman yang menjadi tempat curhat gue, meskipun gue ga selalu curhat ke dia. Kadang dia memberikan nasihat yang menjengkelkan. Lalu sifatnya yang blak-blakan seperti gue, yang ngomong apa adanya. Buat kami kadang saling mencaci maki satu sama lain. Untungnya, kami tidak memasukkan ke hati atas segala penghinaan dan caci-maki yang sering dilontarkan. Gue sangat bersyukur bisa bertemu dengannya, dia memberikan gue banyak nasihat dan pelajaran hidup yang berharga buat gue. 

MILLA

Kenal dengan Siti Qamillah adalah sebuah insiden yang patut gue syukuri. Terima kasih juag dengan Andre, karenanya gue bisa kenal dan menjadi sedekat ini dengan Milla. Ya, Milla adalah teman SMA Andre dulu. Karena seringnya gue diajak ke tongkrongan Andre, gue jadi mengenal Milla. 

Milla merupakan teman cewe yang amat sangat berharga bagi gue. Harus gue bold, karena itu penting. Teman cowo yang mendominasi lingkup pertemanan gue, buat gue jadi merasa sangat sedih karena tidak memiliki banyak teman cewe. Bagi gue, teman cewe itu RARE BANGET. Makanya, gue sangat bersyukur atas pertemuan gue dengan Milla. 

Meskipun kami berbeda kota, Milla kuliah di Bandung dan gue di Jakarta, sebisa mungkin gue selalu menyempatkan waktu gue yang (sok) padat untuk bisa bertemu dengannya. Untungnya, seminggu sekali Milla selalu pulang ke Jakarta tiap weekend. Kalau gue lagi ga ada kegiatan lain, pasti gue ketemu sama Milla! Pasti gue datang ke rumahnya! Mamanya Milla yang asik juga buat gue jadi betah untuk selalu main ke rumahnya. 

Milla satu-satunya teman cewe yang selalu gue curhatin. Tiap gue ada kejadian apapun, tapi lebih banyak tentang cowo sih hehehe. Nasihat yang dia berikan juga selalu buat gue mikir "kok ga kepikiran ya sama gue?" Dan setelah gue curhat ke dia, gatau kenapa gue merasa tenang dan buat gue jadi selalu mengikuti tiap nasihat yang dia berikan. Seakan nasihat dia itu seperti petuah hahahaha.

Jarak dan kesempitan waktu yang kami miliki, buat gue ga bisa terlalu sering main sama dia. Tapi kami masih tetap saling komunikasi. Lucunya, jarang banget gue curhat lewat chat. Milla pun begitu. Tapi saat kami bertemu, banyak hal yang bisa kami ceritakan satu sama lain. Gue lebih suka dengan kondisi seperti itu, karena kalau nanti kami ketemu malah jadi ga ada topik obrolan, huft. Hampir semua hal gue ceritakan ke Milla, tetap saja paling banyak cerita tentang cowo. 

Ga mudah bagi gue buat bisa sedekat ini dengan teman cewe. Ga banyak dari teman-teman cewe gue yang bisa menerima kondisi gue yang belangsakan begini. Lalu gue melihat hal yang berbeda dari Milla. Dia dapat menerima keburukan gue. Ditambah dengan kecocokan kami saat ngobrol, buat gue jadi makin betah main sama dia dan ga akan pernah mau kehilangan sosoknya. 




Gue mencoba untuk selalu menghargai untuk tiap waktu dan usaha yang orang lain berikan ke gue. Karena gue tau persis seperti apa rasanya tidak memiliki teman, seperti apa rasanya saat lo berada di dalam titik terendah hidup lo dan tidak ada satupun orang yang membantu lo bangkit. Jangankan bantu, bertanya saja pun tidak! Betapa sedihnya gue saat itu.

Karena pengalaman-pengalaman pahit yang pernah gue rasakan dulu, yang buat gue jadi sangat menghargai akan arti indahnya sebuah pertemanan, indahnya sebuah pertemuan. Memberikan suatu pelajaran hidup yang sangat berharga yang tidak akan pernah gue dapatkan di sekolah ataupun kuliah. Selalu memberikan gue kenangan-kenangan baru. Sebisa mungkin bagi gue untuk tidak pernah putus komunikasi dengan tiap orang yang pernah masuk dan mengisi hidup gue. Gue ga mau lagi menyia-nyiakan mereka. Gue ga mau lagi merasa menyesal. Gue ga mau lagi memulai dari awal. Capek banget! 

Jauh di lubuk hati gue yang terdalam, gue sangat menyayangi mereka. Melebihi sayang yang gue berikan ke teman-teman gue lainnya. Gue lebih memilih untuk kehilangan seorang pacar daripada kehilangan mereka. Itulah yang menjadi salah satu penyebab kenapa gue betah sendiri. Karena gue memiliki teman-teman yang lebih berharga daripada seorang pria dengan status 'pacar'. Karena ternyata, meskipun gue ga punya pacar, dengan gue memiliki teman-teman seperti mereka pun, gue dapat tersenyum bahagia. Walaupun memang betul kasih sayang yang diberikan seorang teman berbeda dengan yang diberikan oleh teman special.

Gue berharap, hubungan yang telah terjalin dengan orang-orang di sekitar gue dapat berjalan terus dan semakin menguat. Karena gue selalu percaya, bahwa teman adalah harta yang berharga setelah keluarga yang gue miliki. Saat nanti keluarga gue ga ada, hanya teman yang bisa gue andalkan. Saat nanti gue meninggal, gue mau ada banyak orang yang datang mengunjungi gundukan tanah merah itu dan berdoa untuk gue. Semoga akan ada banyak orang-orang baru yang dapat mewarnai hidup gue dengan warna-warni yang mereka miliki. Amin.

No comments:

Post a Comment