Monday, June 29, 2015

Hal Konyol yang Dinamakan Pendewasaan

Beberapa hari ini gue merenung, memahami akan arti hidup yang selama ini gue jalani. Gue sadar kalau umur gue semakin lama semakin bertambah. Yang berarti waktu yang gue miliki di hidup ini juga semakin berkurang. Sesaat buat gue merasa bahwa kadang apa yang gue lakukan dan pikirkan itu lebih banyak yang sia-sia daripada yang bermanfaat. Lalu gue menyadari hal yang lain, bahwa gue emang harus merasakan kesia-siaan itu dahulu baru merasakan manfaatnya.

Gue ga bisa memaksakan hak orang lain untuk selalu menilai gue baik di mata mereka. Banyak orang yang memandang gue buruk. Itu merupakan salah satu hal yang kadang buat gue menyalahkan diri gue sendiri. Apa yang telah gue perbuat sampai membuat orang-orang memandang dan berkata hal-hal negatif tentang gue? Setelah itu gue berpikir, apa artinya hidup kalau tidak pernah menghadapi masalah? Apa tantangannya kalau kita ga pernah merasakan keterpurukan? Gaada! 

Saat gue berada dalam keterpurukan di titik terendah, untuk sejenak gue merenung dan diam. Kadang diam, tidak melakukan apa-apa ataupun memikirkan sesuatu, menjadi kegiatan yang sangat menyenangkan bagi gue. Saat diam bisa membuat gue tenang, gue lebih memilih untuk diam. Tetapi, gue ga bisa selamanya diam. Terlalu banyak diam dan tidak melakukan tindakan dapat

Thursday, June 25, 2015

That What's Friends Are For



Berawal dari chat, membuat gue jadi mau nulis tentang hal ini.

Rahardian Fabianto a.k.a Jokaw, salah satu teman semasa SMA dulu. Terdapat sebuah kalimat dari chat conversation kami barusan yang buat gue benar-benar bersyukur punya teman-teman seperti mereka.

'Sama2 Sa, di sini gunanya teman, ada ketika teman butuh tanpa meminta'.

Sejak tragedi 2010 lalu, membuat gue kehilang hampir semua teman-teman dan orang-orang yang gue kenal dulu, baik itu cewe maupun cowo. Saat dulu gue pacaran sama Rhesa, secara ga langsung dia menjauhkan gue dari teman-teman gue. Mayoritas teman-teman gue adalah cowo, sekitar 70%, dan Rhesa ga suka kalau gue main sama cowo. Wajar sih, karena mungkin dia takut gue selingkuh atau suka sama orang lain. Tapi ketidakwajaran mulai muncul saat dia berubah jadi sangat posesif tentang segala aktivitas gue, termasuk teman-teman gue. Karena berbagai macam alasan yang gabisa gue sebutin semua, membuat gue menjauh dan dijauhi sama teman-teman gue. 

Lalu, saat gue putus dari Rhesa 2013 lalu, hal pertama yang gue lakukan adalah menjalin kembali dan mencari teman sebanyak-banyaknya! Gue bersumpah, "mulai saat ini, gue ga akan pernah

Wednesday, June 24, 2015

Lima Tahun

Maaf banget ya kalau post kali ini masih tentang drama kegalauan gue :(
Gue hanya ingin mengenang, kok. Karena hari ini tanggal 23 Juni.

23 Juni 2010
Pagi itu, sekitar pukul 7 pagi, gue terbangun dengan perasaan gelisah dan kelabilan yang tiba-tiba muncul begitu saja. Entah kenapa, gue merasa marah tanpa penyebab yang pasti. Yang gue tau saat itu hanyalah gue ingin cepat-cepat mengakhiri hari ini. Tanpa ada rencana ataupun tujuan yang jelas, gue cuma mau hari ini terlewati begitu saja.

Gue bangun dari tempat tidur, ambil handuk, dan langsung menuju kamar mandi. Selama mandi itu, gue berpikir dan mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi pada diri gue. Gue berbicara dalam hati, "kenapa ya? Ada apa? Apa yang akan terjadi?" Gue cuma merasakan perasaan yang gaenak, di dada. Pikiran dan hati gue penuh dengan tanda tanya akan ketidakwajaran yang gue rasakan saat itu.

Sekitar 30 menit gue mandi. Keluar, berpakaian, lalu bercermin. Gue melihat seorang remaja belia yang sedang dalam masa pubertas, berambut sebahu ikal bergelombang, memakai seragam putih-biru dengan dasi yang terikat rapi di dadanya. Gadis itu terlihat cantik, tapi wajah periangnya tertutupi oleh pandangan mata yang kosong. Tangan kanannya bergerak mengarah ke arah pipi kananya, lalu mengusap halus. Setetes air mata tiba-tiba mengaliri wajah polosnya. 

Tuesday, June 23, 2015

Hidup Penuh Drama

Tadi malam gue datang ke Ero, sebuah warkop yang berada persis di depan SMAN 31 Jakarta. Ero adalah nama dari pemilik warkop itu. Ero juga yang menjadi cikal bakal terbentuknya sebutan untuk SMA gue, Infrontero, yang artinya Di Depan Ero. Cukup aneh bagi gue, lol.

Gue datang ke sana dengan niat mau burn CD di tempat foto copy yang berada persis di sebelah Ero, ya sekalian nongkrong sih hehe. Ero seperti kebanyakan warkop lainnya. menjual kopi dan minuman lainnya beserta mie instan dan bubur kacang ijo. Tempatnya kecil bisa dibilang cukup sempit, beukuran kira-kira 3x4 meter. Ero menjadi pilihan alternatif tujuan gue saat gue lagi gabut atau bingung mau kemana. 

Saat gue sampai di sana, ada beberapa orang teman gue, Alfi (Kiting), Joe, dan yang lainnya. Alfi terlihat sedang sibuk main game di gadgetny dan Joe ngobrol dengan teman gue yang lain. Ga lama setelah gue sampai, datang seorang laki-laki memakai hoodie berwarna hitam yang masih memakai helm dan mukanya tertutup oleh buff. Dia adalah Azis alias Keling, teman semasa SMA gue dulu. Kenapa Azis dipanggil Keling? Ga lain karena kulitnya yang berwarna sawo matang yang membuatnya terlihat seperti anak yang sering bermain di bawah sinar matahari yang membuat kulitnya menjadi keling. Keling melepas helm dan hoodienya, lalu memakai kacamata yang sering ia gunakan.

Selalu menjadi hal yang menarik kalau gue mulai ngobrol sama Keling. Karakter dia yang suka bercanda, buat gue jadi terbawa. Kalimat pertama yang ia katakan pas ketemu gue adalah, "Raditnya mana Jani?" Ia selalu memanggil gue dengan sebutan Jani, cuman untuk bercandaan aja sih. Jani adalah sebutan gue semasa SMA dan Radit menjadi sebutan pacar gue saat itu. Kenapa Radit dan Jani? Karena kami (gue dan mantan gue) itu dianggap sangat mewakili hubungan yang terjadi di film Radit dan Jani. Rock n' Roll dan penuh drama. Entah kenapa sampai sekarang panggilan Jani itu masih melekat di diri gue, padahal uda hampir 2 tahun yang lalu gue memutuskan hubungan dengan mantan gue itu. Mungkin karena sikap gue yang sampai saat ini masih seperti Jani hahaha. Atau mungkin untuk sekedar bercandaan aja. 

"Gue lagi galau nih, Ling," keluh gue ke Keling.
"Kenapa lagi sih Jani? Galau mulu."
"EH GA MULU YA! Baru kali ini gue galau berkepanjangan."
"Masa?"
"Iya..."
"BODO!!! HAHAHAHA."
"Ih gitu kan, jahat deh," gue sok bete.
"Yaudah gausah dipikirin, kan ada aku," mulai deh gombalnya.
"Gatau ya, Ling. Sekarang kok gue ngerasa penuh drama banget."
"Se-drama pas sama Radit dulu ga?"
"Engga sih. Eh tapi ya baru sadar gue kalau ternyata hidup gue penuh drama."
"Uda gausah dipikirin, Sa."

Dari percakapan itu yang buat gue benar-benar sadar kalau memang kenyataannya hidup gue penuh drama terlebih lagi dalam soal asmara, soal cowo! Harus gue akui, selama hampir 2 tahun ini, ternyata gue galau. Buset! Kok bisa? Gue juga gatau kenapa bisa. Padahal gue ga ngerasa galauin apa-apa. Mungkin gue galau, tapi gue gamau mengakuinya aja. Gue lebih memilih buat cuek dan sibuk sama kegiatan ga penting gue. 

Meskipun gue belum pacaran lagi, tapi kadang gue galau. Aneh ga? Gue ngerasa aneh soalnya. Lucunya, gue suka galauin hal yang ga penting. Ya tentang cowo itu. Mending kalo itu cowo uda jadi pacar gue, lah ini gebetan aja bukan! Lagi ada deketin gue, trus gue ngerasa ga cocok tapi bingung mau ngejauhin dia gimana caranya. Gue galau gajelas. Pernah juga lagi deket sama si itu yang lain, gue illfeel tapi dianya makin agresif, gue mulai drama lagi. 

Drama gue yang paling cukup membuat gue galau adalah saat gue dekat dengan seorang cowo yang gue anggap cukup agamis. Sempat dekat sekitar hampir 3 bulan. Gue baru sadar kalau kami dekat itu pas masuk ke bulan ke-3. Gue emang gini, ga peka! Bloon juga! Untungnya gue cantik dan cerdas hihihi. Gue galau karena gue bingung harus ngelanjutin kedekatan gue itu atau engga. Sampai akhirnya gue memutuskan untuk bertahan sama dia. Lalu muncul saat dimana kegoblokan gue mendominasi pikiran gue. Tiba-tiba gue menanyakan hal yang sangat sensitif ke cowo itu,

"Sebenarnya kita ini apa sih?"
"....." dia diam seribu bahasa....
"Kamu anggap aku sebagai apa?"
"Teman special." WAIT! TEMAN SPECIAL? Gue ga ngerti sama jalan pikiran dia.
"Seberapa special?" tanya gue lagi.
"Lebih dari teman biasa." gue makin bingung.
"Kamu sayang aku?"
"Sayang."
"Seberapa sayang?"
"Sewajarnya seorang teman sayang ke temannya."

BISA KALIAN CERNA GA PERCAKAPAN DI ATAS? TOLONG BILANG SAMA GUE KALAU KALIAN JUGA BINGUNG!

Percakapan di atas buat gue galau yang hampir ga berkesudahan. Dan ternyata, itu adalah percakapan terakhir gue dengan dia secara langsung. Beberapa hari setelahnya, dia pergi menghilang. Ga sepenuhnya menghilang sih, tapi chat gue mulai ga di balas dan itu cukup buat gue galau, memulai drama kegalauan gue selama 1 bulan. Gue minta saran dari teman-teman gue dan yang bisa mereka katakan adalah "uda cukup jelas kalau lo cuman mainin, Ca". 

Selama 1 bulan itu gue ada dalam kondisi galau, gue gatau salah apa yang uda gue perbuat ke dia. Buat gue jadi mikir dan bertanya-tanya dalam diri. Tapi gue terlalu takut buat nanya langsung ke dia karena penolakan dan ketidakmauan dia untuk memberi tau gue. Ditambah dengan gengsi  yang buat gue gamau terlihat seakan mengejar dia.

Beberapa bulan setelah kejadian itu, gue memulai drama lagi dengan orang baru. Sampai detik ini dimana post ini diketik, gue masih menjalani drama yang berisi dengan kegalauan di dalamnya. Seminggu belakangan ini, gue merasa galau yang cukup aneh. Gue cuman berharap kalau minggu ini galau gue selesai. Untuk masalah dramanya, gue belum tau kapan selesainya. Akan selalu ada episode terbaru yang berbeda dari drama hidup gue.


"If you play DRAMA, you will get KARMA."

Monday, June 22, 2015

Jakartaku Sayang, Jakartaku Malang



Hari ini, 22 Juni 2015, tepat 488 tahun Jakarta telah berdiri. Sebelumnya, gue mau mengucapkan selamat Hari Jadi untuk Jakarta. Apa bedanya antara ulang tahun dan hari jadi? Gue gatau, mari lupakan perbedaan diantara kedua arti itu.

Sebagai orang Jakarta, gue cukup bangga sekaligus miris melihat perkembangan kota kelahiran gue ini. Gue lahir, tumbuh, dan berkembang di Jakarta. Sudah pasti gue merasakan betul banyak perbedaan yang terjadi sejak gue lahir hingga saat ini. Dari yang cuma sekedar sebagai ibukota, sampai berubah menjadi kota metropolitan. 

Gue sempat merasakan kerusuhan tahun 98 lalu yang berpusat di Jakarta. Saat dimana mantan Presiden kita tercinta, Bapak Soeharto, digulingkan oleh para mahasiswa. Meskipun saat itu gue masih balita, tapi masih ada sedikit ingatan yang cukup gue ingat. Sampai dengan permasalahan yang sampai saat ini tak kunjung selesai, apalagi kalau bukan banjir dan macet? Gue pun sempat merasakan saat rumah gue mengalami kebanjiran, tahun 2002 yang lalu. Ya ga separah di wilayah Kampung Pulo itu sih. Banjirnya juga di jalanan depan rumah doang. Tapi seengganya, gue merasakan banjir di tempat-tempat lain.

Banyak yang bilang bahwa Jakarta adalah Kota Impian. Benar dan salah. Benar, karena seluruh kegiatan ekonomi, pemerintahan, hingga entertain berpusat di Jakarta. Hal itu terjadi karena Jakarta adalah ibukota negara kita tercinta ini. Salah, karena impian itu tidak seindah yang dibayangkan. Kalau ada berpikiran bahwa dengan ke Jakarta lo bisa meraih impian lo, coba pikir ulang. Ga cuman lo yang punya keinginan untuk bisa meraih impian lo di Jakarta dan ga akan mudah untuk lo meraih itu. Karena lo akan bersaing dengan ribuan orang lainnya yang datang dan tinggal sedari dulu di Jakarta. Ga salah kalau ada banyak pendatang dari luar Jakarta yang memutuskan untuk datang dan menetap di ibukota ini, termasuk orang tua gue. Ah tidak, orang tua gue datang ke Jakarta karena dinas dan tuntutan pekerjaan.

Jakarta juga menjadi tolak ukur bagi kota-kota lain di Indonesia, entah itu trend yang terjadi maupun dalam bidang lainnya. Tapi jangan salah, Jakarta ga seindah yang terlihat di FTV ataupun sinetron lainnya. Dan juga, ga seburuk apa yang sering ditulis dalam artikel maupun berita. Tergantung dari perspektif mana lo melihat dan kondisi yang terjadi. Semuanya menjadi subjektif saat lo berada di Jakarta. 

Oke, sekarang gue mau bahas banjir dan macet. Kenapa? Karena dua hal itu adalah permasalahan yang tak kunjung selesai hingga detik ini. Sejak diadakannya Pemilu Presiden tahun 2004 lalu hingga Pilkada, semua calon pemimpin selalu menjanjikan untuk segera membereskan kedua masalah itu. Telah 11 tahun berlalu saat janji itu diklarasikan dan saat ini belum ada pembuktian yang terlihat secara nyata akan pembuktiannya. 

Mungkin banyak dari warga Jakarta yang merasa tertipu akan janji saat kampanye dulu. Hey! Kalian pikir untuk membenahi Jakarta semudah dan secepat itu? ENGGA!
Dibutuhkan waktu yang lama dan juga dukungan dari warga Jakarta itu sendiri untuk membenahi Jakarta. Dari tahun ke tahun, warga Jakarta semakin bertambah, belum lagi warga yang tidak berpenduduk resmi sebagai warga Jakarta. Bisa kalian lihat sendiri kan, gimana semerawut dan penuhnya ibukota kita ini? Pertumbuhan penduduk yang pesat tidak diiringi kapasitas luas wilayah yang membuat Jakarta menjadi sepadat sekarang ini.

BANJIR
Harus gue capslock dan bold. Hampir setiap musim hujan tiba, pasti Jakarta mengalami banjir. Ga di tiap wilayah, tapi ada beberapa titik yang pasti mengalami banjir. Banyak orang yang menyalahkan dan menganggap Bogor yang menjadi dalang dari banjirnya Jakarta, karena air kirimannya itu. Tolong, jangan asal menjudge seperti itu ya! ;)

Mari kita lihat bagaimana bisa Jakarta selalu kebanjiran. Masalah utamanya adalah karena berada di wilayah dataran rendah dengan ketinggian rata-rata +7 di atas permukaan laut. Ga salah dong kalau air sangat menyukai Jakarta? Hukum gravitasi pun akan selalu membuat air akan jatuh dari atas ke bawah. Kalau jatuhnya ke atas, bukan jatuh dong namanya tapi naik hahaha.

Ditambah dengan pertumbuhan gedung-gedung, pusat perbelanjaan, dan perumahan yang semakin menjamur di Jakarta yang mengurangi lahan terbuka hijau dan semakin menyempitnya daerah resapan air. Yang mengakibatkan tiap tetesan air hujan yang turun, jadi tidak terserap dengan baik karena tanah dan pohon telah berubah menjadi lantai dan beton. Mungkin karena Jakarta adalah ibukota yang membuat banyak orang berpikir kalau berinvestasi di Jakarta akan cukup menguntungkan. Ya tapi investasinya kan ga perlu dalam bidang properti juga. Investasi yang paling menguntungkan adalah berinvestasi tanah, karena tanah tidak akan berkembang biak dan semakin berkurang dibandingkan dengan air. Ga salah kalau harga tanah di Jakarta makin mahal. Duh, gimana nanti kalau gue mau punya rumah ya :(

Gue sempat berpikir, kalau nanti gue punya uang yang banyak gue mau berinvestasi di bidang lingkungan. Gue punya keinginan untuk membuat sebuah taman yang besar, sebuah wilayah yang dapat menjadi daerah resapan dan pusat oksigen di Jakarta. Gue ga peduli sama profit. Mau untung kek, mau rugi kek, yang penting keinginan gue terwujud. Masalahnya, tanah lapang di Jakarta aja sekarang susah didapatkan gimana bisa gue mewujudkan keinginan gue itu? Aku sedih mas :(

MACET
Gue capslock dan bold lagi ya. Sorry kalau gue agak nyebelin, emang gue menyebalkan kok :)
Ini nih yang paling sering gue alamin. Tiap hari Jakarta pasti macet, dimana-mana, bahkan di gang sempit pun kadang macet! Gue merasa miris.

Pertumbuhan kendaraan bermotor selalu meningkat tapi tidak didukung dengan perluasan jalan-jalan yang memadai. Gue merasa bahwa tingkat kegengsian warga Jakarta lebih tinggi daripada kepekaannya terhadap lingkungan. Mayoritas warga Jakarta lebih memilih untuk mengendarai kendaraan pribadinya daripada menggunakan moda transportasi umum. Karena memang mengendarai kendaraan pribadi itu jauh lebih nyaman dan menghemat waktu yang banyak. Gue mengakui hal itu, karena gue lebih memilih untuk naik scooter gue daripada naik angkot.

Sebelum gue memanfaatkan scooter gue untuk mendukung aktivitas sehari-hari gue, gue lebih banyak menghabiskan waktu gue di jalan, di dalam angkot, kendaraan umum. Padahal sebenarnya bisa saja gue minta tolong keluarga ataupun teman-teman gue untuk mengantar gue, tapi gue gamau. Gue ini cewe mandiri, bro! Bukan gue banget kalau kemana-mana dianter jemput. Dan gue tau betul gimana kesal dan tidak nyamannya naik kendaraan umum. Memakan lebih banyak waktu untuk sampai ke tujuan dan mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk bayar angkot daripada beli bensin. Ditambah dengan moda transportasi umum dan fasilitas pendukungnya yang cukup tidak layak. Oh iya, attitude dari supirnya juga kadang membahayakan penumpangnya. Suka bikin was-was gitu deh, apalagi kalau uda balap-balapan sama sesama angkot lain. Tapi seru!

Karena alasan-alasan tersebut yang mungkin buat warga Jakarta lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada angkutan umum. Padahal kalau naik angkutan umum, secara ga langsung kita membantu warga lain untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, loh. Ah, emang kita aja yang males. Harus kasih banyak alasan dulu supaya kita ga disalahkan. Ya ya ya, gue mengakui kalau gue termasuk dari salah satu warga Jakarta yang seperti itu.

Semakin gue beranjak dewasa, ceileh, semakin tua juga umur kota gue ini. Semakin gue menyadari betapa cintanya gue sama Jakarta. Gue sering banget mengeluh, panasnya, polusinya, macetnya, warganya, tapi percayalah hal itu gue lakukan karena gue cinta sama Jakarta. Gue pernah bilang sama teman gue, "mau Jakarta dimaki sama kota lain kek, mau macet kek, mau jelek kaya gimana juga semua kehidupan gue ada di sini!"
Gue merasakan bahwa Jakarta juga lelah, menjadi penampung kehidupan dan kegiatan kita. Jakarta ingin bahagia, Jakarta ingin dicintai. Jakarta ingin dirawat. Tapi ga banyak dari orang-orang yang menumpang di dalamnya sadar akan hal itu. Percayalah, bahwa kita semua terlalu egois dan tidak peduli dengan tempat yang memberi kita kehidupan ini. 
Oh iya, gue juga mau menyampaikan apresiasi gue kepada orang-orang yang telah mendukung dan menyukseskan untuk perbaikan Jakarta. Entah itu, pemerintah maupun warganya sendiri. Ayo kita pertahankan dan terus perbaiki Jakarta supaya bisa menjadi kota yang nyaman. 


"Dari kita, oleh kita, dan untuk kita".

#HappyFathersDay



Post kali ini gue dedikasikan untuk Bapak gue tercinta. Gue manggil ayah gue dengan sebutan Bapak, karena kami berasal dari Suku Jawa dan uda jadi kebiasaan untuk memanggil Ayah dengan sebutan Bapak. Ya ga semua orang jawa kaya gitu sih, tapi di keluarga gue tradisinya uda kaya gitu turun temurun. Sebenarnya, gue bukan orang Jawa murni, tapi darah Jawa mendominasi memberikan kehidupan di dalam tubuh gue.

Bapak gue berumur 52 tahun. Ia seorang yang gagah dan cukup bertanggung jawab dengan keluarga. Ada sifatnya yang dulu sangat gue benci sekaligus gue kagumi, yaitu DISIPLIN. Mungkin karena kebiasaan yang terbawa dari pekerjaannya, sampai mengimplementasikan sikap itu ke dalam keluarga. Oh iya, Bapak gue seorang TNI lebih tepatnya Polisi Militer bagian Penyidik. Kebayang ga gimana menyeramkannya Bapak gue?

Sejak SD sampai SMA, gue selalu diantar ke sekolah dengannya naik motor. Ya, Bapak gue bukan orang yang sombong. Meskipun kami memiliki mobil, tapi beliau memilih untuk mengendarai motor sebagai kendaraan pendukung kegiatannya sehari-hari. Selama kurang lebih 12 tahun, gue merasakan kedisiplinan yang cukup menyiksa. Bapak gue selalu menetapkan untuk berangkat ke sekolah jam 6 pagi. Pokoknya jam 6 pagi uda jalan dari rumah!

Tidak cuma itu, bisa gue bilang kalau Bapak gue sangat amanah. Sekali lagi, karena tuntutan pekerjaannya. Banyak sifat Bapak yang turun ke gue, salah satunya suka nonton berita. Gue ga terlalu suka sih nonton berita, tapi gue lebih memilih untuk nonton acara berita dibandingkan nonton sinetron. Anehnya, tanpa gue sadari gue selalu mengikuti perkembangan berita yang terjadi di Indonesia. Berita politik, ekonomi, maupun entertaiment. 

Sekitar beberapa tahun yang lalu, pernah terjadi sebuah insiden geng motor yg ugal-ugalan dan meresahkan warga. Gue lupa cerita tepatnya seperti apa, tapi geng motor itu punya hubungan dengan TNI Angkatan Laut. Nah, kebetulan Bapak gue yang menangani kasus itu. Karena rasa penasaran yang tinggi, gue pun mencoba untuk menanyakan kebenaran berita itu ke Bapak. Pelitnya, Bapak gue cuman jawab,

"Gatau"

Beliau jawab dengan nada males-malesan dan penuh rahasia. Gue tau kalau Bapak gue bohong dan mencoba nanya lagi. Tapi jawabannya tetap sama. Ya gue coba mengerti bahwa itu pekerjaan beliau. Beliau tidak diperkenankan untuk memberitahu segala kasus yang sedang beliau kerjakan karena menyangkut kerahasiaan negara. 

Bapak gue lulusan pesantren di kota kelahirannya. Gue gatau nama pesantrennya apa, seinget gue Tebu Ireng atau apalah. Bapak gue gapernah cerita banyak tentang masa lalu dan kehidupan semasa mudanya dulu. Bahkan Ibu gue sendiri juga ga banyak tahu tentang Bapak gue di masa lalu. Cukup aneh, kan?  Ibu gue sendiri aja gatau, gimana gue?!

Bapak gue selalu mengamalkan membaca doa-doa dan surat Yasin setiap malam Jum'at setelah solat Magrib. Meskipun gue sendiri gatau beliau membaca doa apa, karena ga terlalu jelas pelafalannya. Tanpa putus, setiap minggu beliau mengamalkan hal itu. Mungkin uda jadi kebiasaannya sejak kecil. Setau gue, Bapak gue masih memiliki keturunan dari orang sufi.  Yang gatau arti sufi apa, silakan gunakan fasilitas Google ya ;)

Oh iya, tahun ini Bapak sedang dalam Masa Persiapan Pensiun. Sejak 1 Februari 2015, beliau tidak kerja lagi, tidak ke kantor lagi, tidak dinas malam lagi, tidak mengerjakan kasus-kasus lagi. Ga sepenuhnya pensiun, karena beliau resmi pensiun tahun depan. Dan sejak beliau tidak kerja lagi, beliau jadi makin sering main catur -_-
Lebih sering nongkrong di pos ojek, main catur di sana. Yang kadang buat Ibu gue kesel sama kelakuan Bapak gue itu. Kadang Bapak gatau waktu kalau uda main catur. Tapi gue mencoba untuk memberi pengertian ke Ibu gue, kalau Bapak juga butuh hiburan. Karena sejak MPP itu beliau jadi tidak memiliki kegiatan apa-apa. Lebih tepatnya, kegiatannya berkurang. 
Gatau kenapa, gue melihat kalau Bapak gue suka banget main catur. Jadi secara ga langsung gue kaya menetapkan untuk calon suami gue nanti, kalau mau nikahin gue harus jago main catur trus mengalahkan Bapak gue dulu hahahahaha. Sorry ya kalau pikiran gue terlalu jauh.

Sejak Bapak memulai MPP,  gue jadi melihat perubahan yang drastis. Beliau jadi lebih bawel. Ya wajar sih, mungkin beliau saat ini sedang masuk transisi dimana beliau merasakan penuaan. Mungkin bisa disebut Syndrome tapi gatau syndrome apa hahaha. Kadang agak kesel sih sama sikap Bapak gue yang sekarang, ya karena kebawelannya itu. Dan gue mencoba untuk mengerti. 

Mau bagaimana pun, Bapak tetap Bapak gue. Mau beliau sangat menyebalkan juga gue tetap sayang sama dia. Gue akui kalau gue gabisa terang-terangan bilang sayang ke beliau. Tapi gue mencoba untuk menuruti semua perkataan dan nasihat yang beliau berikan. Gue menyadari bahwa waktu cepat banget berlalu. Bapak dan Ibu gue semakin tua, gue dan abang gue semakin beranjak dewasa. Itu artinya bahwa gue juga harus bersikap dewasa. 

Entah kenapa gue merasakan kehilangan akan masa kecil gue dengan Bapak gue. Gue baru sadar ternyata lebih banyak waktu yang gue habiskan dengan Bapak daripada sama Ibu gue. Dan gue yang saat ini, jadi lebih jarang meluangkan waktu untuk keluarga gue. Gue mencoba untuk menekan ego gue yang suka keluar rumah, jadi lebih sering di rumah. Karena gue sadar, bahwa waktu adalah harta yang paling berharga. Karena waktu tidak dapat diputar kembali, sebisa mungkin gue harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

"I don't need any Superhero, because I have my Dad my all time Superhero." - EY

Thursday, June 18, 2015

18 Juni 2015

Hari ini tepat 20 tahun gue dilahirkan dan gue merasa bahwa waktu yang tersisa untuk gue hidup di dunia ini makin berkurang. Just a feeling actually, tapi emang itu kan kenyataannya, kan? Hari dimana lo bertambah usia sekaligus berkurang juga. Gatau yang tau sampai kapan kita hidup di dunia yang fana ini. Gila! Keren banget kata-kata gue, men! 

18 Juni 2015 bertepatan dengan 1 Ramadhan 1436 Hijriah, yang mana hari pertama puasa. Oke, harus gue akui kalo hari ini cukup unik, ya karena bertepatan sama hari pertama puasa itu. Tapi kok gue malah ga puasa ya? Hmmmmmmmmmmmmm

Gue cukup seneng melewati hari kelahiran gue ini, karena ga banyak orang yang ngucapin ulang tahun ke gue. Loh kok gitu? Bagi gue saat ini, bukan ucapan yang terpenting. Mau lo diucapin ulang tahun atau engga, hidup lo bakal tetep berjalan kan? Bukan tentang kata-kata yang muncul hanya pada saat hari kelahiran, tapi bagaimana gue menyikapi kehidupan gue yang semakin dewasa ini. Iya, gue harus bersikap lebih dewasa, pikiran dan tindakan. Apalah arti sebuah angka kalau tidak dibarengi dengan sikap yang sepantasnya?

Dan hal lain yang gue suka dari hari ini adalah karena hari ini hari Kamis! Gue suka banget sama hari Kamis, gatau kenapa. Sejak SMP, gue merasakan ada hawa dan suasana yang berbeda di tiap hari Kamis. Dan juga artinya bertepatan engan Malam Jumat. Harusnya malam ini gue zikir, ikhtiar, atau apalah itu namanya. Mengingat gue uda lama ga zikir malam. Tapi gue melewati malam ini dengan nulis blog dan belajar Manajemen Keuangan, soalnya besok UAS :(

Suasana hati gue juga ga terlalu buruk hari ini. Ya paling cuman ngantuk, gue baru tidur 3 jam! Ah, akhir-akhir ini gue emang kurang tidur. Gue begadang terus, harus membalas semua chat dari para fans gue. Sorry kalo gue sombong, maafin ya ;)

Monday, June 15, 2015

Bener? Like!

Beberapa bulan terakhir, mulai muncul wabah dimana banyaknya account-account "gajelas" yang bermunculan di LINE. Gue gatau ya darimana munculnya account tsb trus tujuannya apa. Biasanya mereka men-share post yang berisi quote ataupun cerita galau dan konyol (komedi), tapi mayoritas isinya quote galau yang kekinian.  Awal gue menemukan post account-account tsb adalah saat teman-teman di LINE gue men-share aacount itu ke timeline mereka, uda pasti muncul kan di timeline LINE gue juga. 

Sering banget teman-teman gue men-share account-account yang jenisnya kaya gitu, yang isinya motivasi atas kegalauan anak masa kini akan kehidupan percintaannya. Ataupun quote-quote yang dirasa sangat menggambarkan kondisi remaja saat ini. Entah lagi galau karena berantem sama pacarnya, friendzone, ataupun perasaan suka sama orang yang mungkin tidak bisa mereka miliki. Intinya, mayoritas dari account-account yang muncul di timeline LINE gue itu isinya galau semua!

Tapi, bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah muncul saat caption dari post account tsb permintaan supaya di like. MAKSUDNYA APAAN COBA?! Okay kalo mereka post quote-quote kaya gitu, yang galau-galauan. Tapi sampai minta like segala? Tujuannya apa DIJE?????




note: nama account di potong agar tidak menyinggung pihak lain

Foto-foto di atas gue screenshoot sendiri dari timeline LINE gue. Ya hak mereka sih, gue cuman mau menyampaikan pendapat gue aja. Agak kesel sebenarnya, kalau mereka mau men-share sesuatu ga perlulah sampai minta like segala. Toh, followers account mereka pasti bakal like sendiri kok kalau merasakan hal yang sama seperti dengan quote yang account tsb share.

Konyolnya, ada post yang berisi tentang orang tua. Isi quotenya sih bagus, tapi captionnya itu loh seakan menjudge. Pernah gue liat sebuah account yang di share teman gue di LINE, yang berisi tentang kasih sayang orang tua ke anak. Tapi caption di bawah post itu bertuliskan "LIKE kalau sayang sama IBU, GA LIKE berarti GA SAYANG". 

HELLOOOOOWWWWW?
Apa dengan gue ga me-LIKE post lo, artinya gue ga sayang sama nyokap gue? Tingkat kasih sayang seseorang itu tidak bisa diukur hanya dengan me-LIKE sebuah postingan. NGOTAK PLIS! :)


note: nama account di potong agar tidak menyinggung pihak lain

Usut punya usut, gue menemukan fakta lain yang buat gue cukup mengernyitkan dahi. Account-account tsb yang saat ini bermunculan juga memberikan jasa periklanan. Maksudnya gimana, ca? Maksudnya, account-account tsb selain memposting kegiatan general mereka, mereka juga mengiklankan berbagai macam online shop. Mungkin mereka juga merasa gamau rugi, uda capek-capek posting quote ini-itu tapi ga menghasilkan uang. Jadilah mereka memberikan jasa periklanan dengan memposting atau mempromote sebuah online shop melalui account mereka. Dengan memanfaatkan followers mereka yang banyak, dapat menguntungkan si pemilik online shop yang memakai jasa mereka.

note: nama account di potong agar tidak menyinggung pihak lain

Ya, sah-sah saja kalau mereka ingin melakukan hal seperti itu. Toh, juga ga merugikan siapa pun (menurut gue) malah mendatangkan keuntungan bagi mereka dan sang pemakai jasa.

Gue di sini hanya mau menyampaikan opini gue, tidak ada maksud lain untuk menyinggung ataupun menuduh satu pihak. Gue cuma merasa bahwa generasi Indonesia masa kini kenapa sebegini lembeknya? Ya, cuma karena membaca sebuah qute aja tiba-tiba jadi galau ga karuan. Tidak ada salahnya untuk memposting ataupun membaca quote-quote seperti itu. Gue cuma gamau orang-orang seangkatan dan segenerasi dengan gue ataupun adik-adik gue menjadi pribadi yang lemah karena quote. Ah tidak, lebih tepatnya karena cinta (yang lebih banyak dipostiing soal cinta-cintaan bro!)

Hidup ini ga selamanya tentang cinta, kok. Ada banyak hal lain yang lebih harus dipikirkan selain cinta itu sendiri. Kenapa ga coba lebih banyak posting motivasi sekolah? Kan lebih bermanfaat. 
Gue ga menampik kalau gue juga kadang suka galau. Wajar kan? Namanya juga manusia. Perbedaannya dengan gue adalah gue tau kapan di saat harus berhenti galau dan tidak berkepanjangan.

Sunday, June 14, 2015

Konsekuensi

What's wrong with me? Can anyone tell me what's really happen now? I don't even know that my heart going so confused, my mind full of erratic thoughts. 

Sesuatu yang pernah gue pelajari untuk menahan perasaan, saat ini berubah menjadi begitu menyakitkan. Gue pikir, dengan gue melakukan hal itu gue akan baik-baik saja dan tetap berada dalam zona nyaman gue saat ini. Tapi ternyata cukup menyakitkan juga. Ternyata sesakit ini!

Harus gue apresiasi dia yang telah melakukan hal ini dulu kepada gue. Setelah dia meninggalkan gue begitu saja tanpa ada alasan satu pun yang dia berikan, membuat gue begitu sakit. Ga terlalu sih, tapi cukup buat gue kesel sampai gue gabisa melupakan dia untuk sesaat. Setelah 1 bulan lamanya, barulah gue bisa ikhlas dengan kepergiannya. Bersyukurlah gue karena dia pergi dengan meninggalkan pelajaran yang sangat berharga untuk gue. Ya, pelajaran itu adalah menahan perasaan.

Gue mencoba untuk mengimplementasikan apa yang telah dia ajarkan ke gue. Sejak ia pergi, pelajaran itulah yang membuat gue jauh dari rasa luka, dari rasa pengharapan yang lebih dengan ekspektasi di luar kenyataan yang sebenarnya. 

Berawal dari sebuah permainan yang gue buat dengan seseorang yang lain, yang membuat gue jadi merasakan apa yang gue tulis saat ini. Apa mungkin gue mulai bawa perasaan? Mungkinkah menahan perasaan yang berbulan-bulan ini gue pegang teguh menjadi pecah begitu saja? MUNGKIN. 

Who plays DRAMA will get KARMA.

Maaf karena gue telah mempermainkan diri gue sendiri. Maaf karena telah memparmainkan hati ini sendiri. Maaf bila kamu, seseorang yang saat ini tengah bermain dengan saya, menjadi sedikit terluka ataupun menjadi korban atas keegoisan saya sendiri. Maaf untuk menjadi orang yang cukup menyebalkan. Maaf karena mungkin gue ga cukup jujur.

Tapi percayalah, hanya dengan cara ini gue bisa menjaga diri gue sendiri dari rasa luka yang sering gue alami. Gue cuman ga mau terluka lagi kok, sesederhana ini alasan gue. 
Kemarin, gue cukup sombong. Gue berpikir bahwa gue akan menang. Bodohnya gue! Padahal dari awal sebelum permainan ini dimulai pun gue tahu bahwa gue akan kalah. Masih berani-beraninya gue melangkah. SHAME ON ME!!!

Dan harus gue akui, gue ga bisa menahannya lagi. Diri gue yang lain menginginkan untuk gue tetap bertahan. Diri gue yang lain percaya bahwa dengan gue bertahan, seengganya seorang yang lain itu akan berubah menjadi lebih baik. Diri gue yang lain percaya bahwa seorang yang lain itu bukanlah ia yang saat ini. Yang bisa gue lakukan sekarang hanyalah tetap bertahan daripada harus pergi. Karena gue tau, seiring dengan berjalannya waktu, sesuatu yang tersembunyi itu perlahan akan muncul dan membuktikan kebenarannya. Tapi, sampai kapan gue harus terus bertahan seperti ini?

What kind of man that you are?
If you're a man at all
Well, I will figure this one out
On my own

Friday, June 12, 2015

Will You Be?

If I let you love me
Be the one adored
Would you go all the way?
Be the ONE I'm looking for?

Lirik di atas adalah lagu dari Paramore yang berjudul Adore. Menggambarkan apa yang gue rasa saat ini. If you read my story at Kaskus, you'll know what was really happened to me for almost this 2 years. I've had sworn to myself, I won't be in love for 2 years. Karena pengalaman percintaan gue di masa lalu yang menyebabkan trauma yang cukup mendalam buat gue. 

Beberapa bulan ini gue lagi 'dekat' dengan seorang cowo, I'll write a story about him soon. Awalnya, gue ga menganggap serius orang ini, tapi entah kenapa ada sedikit kepercayaan yang gue kasih ke dia. Kepercayaan yang sebelumnya pernah gue kasih ke seorang yang lain, tapi orang yang lain itu ternyata tidak dapat dipercaya. Dan buat gue, sekali lagi, ga percaya sama cowo. But for this guy, I just have a vision that he'll be trusted. 

Berawal dari perkenalan yang tidak disengaja, berlanjut sampai sekarang. I knew he was a jerk from our first conversation, LOL. Gue tau dia agak brengsek, tapi gue tau alasannya apa. Ga beda jauh sama gue, trauma. Lucunya, kami saling terbuka tentang masa lalu kami dan tentang apa yang terjadi setelah kekecewaan yang kami alami. Ga juga deng, gue ga sepenuhnya terbuka. Masih ada hal dari diri gue yang gabisa gue ceritakan. 

Dia terang-terangan bilang ke gue bahwa dia ga mau pacaran dulu, gue pun bilang begitu ke dia. Anehnya, dia mengakui bahwa dia seorang yang brengsek! WHAT THE FVCK?!
Baru kali itu gue dengar langsung dari mulut seorang pria yang mengakui bahwa dia seorang yang brengsek. Bahkan teman-teman gue yang mayoritas cowopun, gaada satupun yang mengakui kalo diri mereka brengsek. Ya, ga semua teman gue brengsek sih, tapi ada beberapa diantara mereka yang brengsek.

Harus gue akui, bahwa gue tertarik pada pria yang satu ini. Yang buat gue mau mengenal dia lebih dalam. But I don't have any plan to make him to be my boyfriend, yet. Belum ada pikiran sampai ke situ sebenarnya. Gue mengapresiasi kejujuran dia, pengakuan dia kalo dia brengsek. Gue selalu percaya ada alasan di balik seseorang menjadi dirinya yang saat ini. Itupun yang gue yakini dari dia. 

Mau bagaimanapun, gue harus berterima kasih sama dia. Karena dia, seengganya gue mendapatkan sesuatu yang baru yang sebelumnya ga pernah gue dapatkan. Banyak hal yang telah terjadi selama perkenalan gue dengan dia. Gue ga menyesal. Selama perjalanan hidup gue beberapa tahun ini, gue belajar untuk ga menyesal dan mensyukuri segala hal yang terjadi, baik ataupun buruk. Gue hanya bisa berharap, dengan pilihan gue yang tetap bertahan dalam posisi seperti ini dengan dia, dia bisa benar-benar berubah menjadi pria yang lebih baik.

But, will I let you in? Go into my Kingdom if you want to build a Snowman (with me).

"Deep down inside of my heart, I believe that you are a good guy even though you admit that you are a jerk" - EY 

Thursday, June 11, 2015

'Hampir' Calon Gebetan

Kemarin sore harusnya gue kuliah tapi tiba-tiba males trus jadi gabut alias gajelas. Akhirnya gue pergi, gatau mau kemana. Belokin stir tanpa arah, gaada tujuan yang jelas. Gue ingat mau balikin sesuatu ke nyokapnya mantan gue.

Akhirnya gue berbelok ke arah rumah mantan gue, Rhesa, di daerah Utan Kayu. Gue parkir, buka pintu pager rumahnya, ucapin salam dan langsung masuk gitu aja ke dalam rumahnya. Uda jadi kebiasaan gue buat ke sana tanpa ketuk pintu. Ada Rhesa di depan TV lagi makan dan tidak menjawab salam gue. 

"Nyokap mana, Rhes?"
"Di belakang," dijawab kecut, kayanya dia masih marah sama gue hahaha.

Gue langsung jalan ke arah dapur, nyokapnya lagi masak. Gue cium tangannya. Ga jauh di sana ada bokapnya Rhesa juga, sekalian gue cium juga tangannya. Gue uda cukup terbiasa dengan kondisi dan orang-orang di keluarga Rhesa. Ga aneh, karena cukup lama gue berhubungan sama Rhesa dan selalu dibawa ke rumahnya.

Gue pun menyampaikan niat gue datang ke sana. Setelah urusan selesai, tadinya gue mau ngobrol-ngobrol dulu sama Rhesa. Tapi gue lihat gaada respon yang baik pas gue datang, akhirnya gue memutuskan buat langsung pergi. Pamit ke bokap nyokapnya Rhesa, lalu ucapin salam.

Masih gabut.
Akhirnya ke Warbu, tongkrongan semasa SMP yang jaraknya ga jauh dari rumah Rhesa. Di sana cuman sekitar 1 jam, trus gue chat Bonsky, dia lagi di Ikin apa engga. Langsung aja gue pergi ke Ikin, tongkrongan gue yang lain.

Di sana blm ada teman-teman gue. Ga lama tiba-tiba Recy datang. Gue ngobrol berdua sama dia sampai magrib. Barulah beberapa teman gue datang, Adit, Bonsky, Avis, Opic. Kami pindah ke bangku di samping Ikin yang lebih luas. 

Posisi duduk kami, gue di seberang Bonsky dan di sebelah dia ada Recy. Di sebelah gue duduk Avis dan Opic. Ada moment dimana gue merasa awkward saat itu. Saat dimana tiba-tiba Bonsky berkata, 

"Sa, dulu kan Recy pernah nanyain lo."

Gue shock untuk beberapa saat. Ga nyangka. Ternyata oh ternyata...
Dan lalu gue menjawab,

"Gue juga dulu nanyain lo Rec, ke si Bonsky," sambil gue menatap ke arah Recy menunjukkan bahwa kata-kata itu gue ditujukan untuk dia.

Recy membalas, "Iya, dulu gue nanyain lo ke Bonsky."

"Tapi Recy ga enak Sa karena gue bilang lo mantannya Reno," lanjut Bonsky.

"Dan gue juga ga enak karena lo anak Ikin juga temannya Reno :)" masih tetap menatap Recy.

Gue mengingat kembali saat pertama ngeliat Recy. Sampai saat ini, gue punya kebisaan ngeliat profile orang-orang yang ngelike update Path, entah itu account gue ataupun teman gue. Saat itu, teman Ikin gue update, trus gue iseng baca commentsnya. Ada Recy salah satunya dan ternyata Bonsky termasuk salah satu  friends in common dengan dia.

Bonsky adalah seorang teman yang paling gue percaya diantara anak-anak Ikin yang lain. Gue pun langsung nanyain tentang Recy ke Bonsky. Cuman sekedar bertanya, tapi gatau kenapa gue jadi keterusan ngestalk dia. Ada beberapa foto Recy yang masih gue simpan sampai saat ini. 

Gaada maksud untuk ngegebet dia, gue cuman 'suka' ngeliat foto-foto dia. Ga disangka, gue malah jadi teman setongkrongan sama dia hahaha. Walaupun kami ga pernah chat atau berhubungan yang lebih intensif, tapi gue cukup menikmati menjadi sekedar 'teman setongkrongan'.





Wednesday, June 10, 2015

Hidup dalam Bayangan

Apa sih hal paling lo takutin dalam hidup ini? Apa yang buat lo takut akan hal itu? Kenapa lo takut akan hal itu?

3 pertanyaan di atas yang kadang terlintas dalam pikiran gue. Sampai-sampai buat gue jadi orang yang insecure, buat gue memikirkan hal-hal yang sebenarnya ga penting. Mengisi otak gue dengan sesuatu yang "samar". Bahkan hal yang belum tentu terjadi pun buat gue takut.

Masa lalu.
Gue selalu ingat akan kejadian-kejadian di masa lalu gue, terutama kejadian pahit. Gue pernah mencoba untuk menguji sejauh mana kekuatan pikiran gue. Seberapa kuat gue mengingat akan suatu kejadian ataupun hal yang pernah gue lalui. Dengan cara menulis semua mimpi-mimpi gue, entah vivid dream maupun lucid dream. Ide itu tercetus dari seorang teman gue, Fery a.k.a Copoz.

Beberapa waktu lalu, tiap gue menutup mata dengan niat tidur, gue selalu terjatuh ke dalam vivid & lucid dream. Setelah gue bangun tidur, ge langsung menulis semua kejadian di dalam mimpi secara berurutan. Gue menggali lebih dalam memori otak gue. Dimana memori itu tersembunyi? Bagaimana cara gue menggalinya?

Gue menyimpulkan bahwa presentase ingatan dan kekuatan memori otak gue berkisar sekitar 80%. Cukup besar dan cukup buat gue sombong. Ironisnya, gue ga memanfaatkan kelebihan gue itu untuk hal yang lebih berguna. Seperti mengingat pelajaran ataupun hal-hal berguna lainnya. Karena bagi gue, gue tidak akan benar-benar mengingat ataupun menyimpan hal yang menurut gue tidak 'asik' dan 'seru'.

Aneh? Engga bagi gue. Kebanyakan dari materi pelajaran dan kuliah gue ga cukup mengasyikkan, ga cukup seru. Ga cukup buat gue tertarik. Tapi cukup alasan masuk akal yang gue buat untuk menghindarinya, lol.

Akibat dari kuatnya memori ingatan gue yang buat gue kadang flashback. Lebih banyak ke moment dimana gue merasa bahwa diri gue saat itu harusnya tidak melakukan hal itu. Berujung pada penyesalan dan menyakiti diri gue sendiri. Gue memaki diri sendiri, mukul diri gue sendiri. Yang kadang buat gue merasa kalo gue cukup untuk jadi Psycho.

Tapi, sekarang tidak.
Kenapa?
Gue sadar kalo gue gabisa begini terus. Gue harus benar-benar MOVE ON. Move on dari masa lalu. Bukan melupakan, tapi lebih ke "uda cukup masa lalu yang pahit itu hidup di dalam pikiran gue. Dan ini saatnya untuk membuat masa lalu memasuki tempat seharusnya dimana ia berada".

Masa lalu bukanlah hal yang seharusnya dilupakan. Itu salah banget! Mau kaya gimana juga masa lalu uda terjadi. Yang bisa gue lakuin adalah dengan menerima masa lalu sebagai bagian dari kehidupan gue yang pernah terjadi. 

Kunci dari MOVE ON adalah lo harus siap terima dan ikhlas. Mau seburuk apa masa lalu lo, lo cuman bisa terima. Lo juga gabakal bisa merubah masa lalu, bro! Tapi lo bisa merubah masa depan lo dengan membuat masa lalu sebagai pelajaran yang berharga. Berusaha supaya lo ga mengulangi kejadian yang sama buruknya dengan masa lalu lo.


Gue mengutip kalimat dari dosen mata kuliah Character Building semester I:
"Ga ada yang namanya masa lalu ataupun masa depan. Yang ada hanyalah sekarang dan saat ini".

Tuesday, June 9, 2015

Time Skip: 2 Years



"Waktu cepet banget berlalu". Itu yg saat ini gue pikirin. Ga berasa gue uda kuliah semester 4, perasaan baru kemarin masuk kuliah. Ga berasa perut gue makin buncit, perasaan baru kemarin gue ikut pilates. Dan ga berasa hampir 2 tahun gue ngejomblo, WHAT!!!-?):&!/?)/& 
Iya hampir 2 tahun, pas pertengahan tahun ini. 

Semalem tiba-tiba gue chat tmn kecil gue, Dini, gue bilang gue bete dan minta temenin chat. Mulailah curhat. Cewe kalo lagi ngobrol gabakal jauh2 dari yg namanya curhat, uda pasti curhat tentang cowo. Gue bilang kalo gue uda 2 thn gapunya pacar dan dia ga percaya. WHAT THE HELL!!! Ga cuman Dini yg ga percaya, tiap org yg gue ksh tau kalo gue ngejomblo selama itu pada ga percaya semua. APA YANG SALAH SAMA GUE???!!! 

Dini bilang, "anjir, lu cantik ca. Banyak yg mau lah sama lu" dan gue jawab "banyak yg mau, banyak juga yg mikir2 din".
Dari jawaban gue itu gue baru paham kenapa gue ngejomblo selama 2 thn. Yup, kebanyakan mikir! Itu salah 1 penyebabnya.

Uda jadi rahasia umum kalo cinta tumbuh dengan sendirinya. Perasaan suka ataupun sayang akan muncul tiba-tiba, gatau kapan, gatau sama siapa, dan gatau dimana. Bisa dibilang gatau malu juga. Sampe akal sehat dan pikiran lo pun bakal tersingkirkan saat lo jatuh cinta sama orang lain. Tapi hal itu semua ga terjadi sama gue selama hampir 2 tahun ini. Terjadi sih, tapi cuman sesaat dan gue lbh memilih pake akal sehat gue daripada perasaan gue. Karena kebanyakan mikir itulah sampe sekarang gue begini (red: jomblo).

Masih teringat dengan jelas apa penyebab yg membuat gue kaya gini itu apa. 1 minggu setelah gue putus dulu, gue sempet berkomitmen sama diri gue sendiri.

"Pokoknya selama 6 bln ke depan gue gamau deket sama cowo dulu!"

Jalan ke 2 bln awal perjombloan, gue pun mikir "bete juga ya ga punya gebetan, hp berasa sepi". Tapi gue berusaha utk tetap komit sama kata2 gue dulu. Dan tiba-tiba gue komat-kamit dalam hati,

"Gue gamau punya pacar selama 1 tahun! Ah engga, selama 2 tahun gue gamau punya pacar!"

GILA! SINTING! EDAN! 

Gue yang berkomitmen, gue pun yang mencaci maki diri gue sendiri. Lucu? Iya. Dan gue menikmati hal itu. Gue selalu suka tantangan dan gue selalu menantang diri gue untuk keluar dari batasnya. 

Awalnya gue ga yakin apa gue bisa tetap komit sama diri sendiri. Gue takut gagal, gue takut kalah. Tapi gue berusaha. Gue mau menang melawan diri sendiri. Saat gue menang, gue tau kalo gue hebat. Efek sampingnya, memunculkan rasa sombong dari dalam diri gue sendiri. Selalu ada efek positif dan negatif dari tiap hal yang kita lakukan. Dan gue percaya kalo dengan gue menantang diri gue sendiri, selain gue menjadi lebih percaya diri, gue juga jadi lebih mengenal diri gue sendiri. 


"The best way to gain self-confidence is to do what you are afraid to do" -unknown

Wednesday, June 3, 2015

New Experience, Being a Volunteer for Teach For Indonesia (TFI) - Day 4

Day 4
Rabu, 27 Mei 2015

Ini adalah mingu terakhir kami datang dan membimbing anak-anak di TPU Grogol Kemanggisan. Sedih bercampur haru yang kami rasakan. Karena itu, kami ingin memberikan kenangan yang manis. Kami memulai dengan pengulangan materi yang telah kami ajarkan sebelumnya. Dimulai dari berhitung sampai bernyanyi dan menari di akhir sesi pembelajaran. 



Ah, sungguh kegiatan yang menyenangkan. Senang sekali melihat canda tawa mereka, kegembiraan dan kecerian yang terpancar dari raut mereka sungguh meluluhkan hati saya. 

Di akhir kunjungan kami, tidak lupa kami berikan beberapa bingkisan sebagai kenang-kenangan dari kami untuk mereka. Kami juga menyisihkan sedikit waktu untuk makan siang bersama-sama dengan anak-anak dan warga sekitar. Kami sangat berterima kasih kepada para staf TPU Grogol Kemanggisan, orang tua, dan anak-anak yang telah mendukung kegiatan agar berjalan dengan lancar. Kami berharap bahwa hari ini bukanlah pertemuan terakhir kami dengan mereka. Semoga kami dapat berkumpul kembali seperti ini di lain waktu. Dan kami berharap apa yang telah kami ajarkan dan kami berikan kepada mereka dana bermanfaat bagi mereka di masa yang akan datang.




New Experience, Being a Volunteer for Teach For Indonesia (TFI) - Day 3

Day 3 
Rabu, 20 Mei 2015


Kami kembali ke TPU Grogol Kemanggisan. Kali ini kami ingin sedikit bersantai. Setelah minggu-minggu sebelumnya sedikit berat dengan banyaknya teori yang kami ajarkan, kami pun berpikir bahwa anak-anak juga sedikit "jenuh". Oleh karena itu, kami memberikan materi bergambar. Kami telah menyiapkan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan, antara lain crayon dan kertas gambar. Saat kami membuka penutup tempat crayon, anak-anak mulai berdiri dan mengambil masing-masing warna yang mereka inginkan. Sungguh kesenangan yang indah melihat tawa dan bagaimana mereka saling berebut untuk mengambil crayon. 


Masing-masing dari kami pun ikut membantu mereka. Ternyata, masih banyak diantara mereka yang belum mengenal warna dan juga memegang alat tulis. Hari ini mereka terlihat sangat gembira dan lebih antusias. Materi menggambar bertujuan untuk memberikan kebebasan anak-anak dalam berimajinasi dan membentuk kepribadian yang kreatif. Kami juga memberikan reward kepada beberapa anak yang hasil gambarnya bagus. Tetapi, kami juga memberikan bingkisan hiburan untuk anak-anak lain yang gambarnya tidak terpilih.

New Experience, Being a Volunteer for Teach For Indonesia (TFI) - Day 2

Day 2
Rabu, 13 Mei 2015

Sekitar pukul 7.30 pagi, saya dan teman-teman berkumpul dan bersiap-siap untuk menuju ke TPU Grogol Kemanggisan. Sesampainya disana, betapa kagetnya saya melihat ada beberapa anak lain yang ikut bergabung. Saya senang karena anak-anak yang kami ajarkan hari ini bertambah dibandingkan dengan minggu lalu. 

Materi yang kami sampaikan pada hari itu adalah Bahasa Inggris. Saya akui bahwa materi yang kami bawakan cukup sulit untuk dimengerti dan dipahami oleh mereka. Dikarenakan bahwa Bahasa Inggris merupakan bahasa yang sangat asing bagi mereka. Hal tsb bukanlah halangan bagi kami, tapi merupakan tantangan yang sangat menarik. Tantangan ini terasa cukup berat dengan adanya salah seorang anak yang menangis, entah karena alasan apa. Oleh karena itu, ibu dari anak tsb datang dan menemani. 



Khairil sedang menjemput seorang anak perempuan yang ingin ikut berpartisipasi dalam kegiatan. Saya sangat senang, satu persatu anak-anak datang dan antusius mengikuti materi yang kami berikan. Kami mulai dengan materi yang paling mudah, yaitu penyebutan angka dan huruf dalam Bahasa Inggris. Cukup sulit untuk membuat lidah mereka terbiasa dengan Bahasa Inggris, sehingga kami harus mengulanginya dari awal. Tidak mudah juga untuk membuat mereka mengingat, tapi bukanlah itu yang kami cari. Kami mencoba membuat mereka memahami dan mengerti Bahasa Inggris.

Harus banget tentang "CINTA"?



Sorry banget kayanya post pertama gue harus tentang "CINTA" mungkin karena gue lagi galau hari ini. Hari ini loh ya, HARI INI. Oh iya ini bukan blog pertama gue, dulu gue punya blog pas masih SMP, ya sekitar tahun 2008-2009 tapi isinya ga banyal dan sejak gue SMA gue telah melupakan blog gue itu hahaha.

Oke lanjut ya. 
Kenapa tiba-tiba gue galau? Jawabannya: GATAU.
Bukannya gatau juga sih, gue cuman bingung aja kenapa galau. Mungkin saking banyaknya hal yang gue pikirin jadi gue malah bingung. Mulai dari kuliah, keluarga, sampe CINTA. Harus gue capslock CINTAnya, gue bold juga. CINTA.
Maklumlah, hampir 2 tahun gue ga punya pacar, gue harus bangga atau harus sedih? Mungkin banyak orang yang ga percaya kalo gue "jomblo" selama itu, but that's the fact! Padahal dulu gue jomblo paling lama cuman 2 bulan.

Yang harus gue tekanin disini, gue bukan JONES alias JOmblo NgeNES. Jujur sih kadang gue ngerasa ngenes atas ke"jomblo"an gue ini. Itu gue rasain kalo lagi sendirian dan gaada temen, gaada hal yg gue lakuin. Tiba-tiba kepikiran aja mau punya pacar, tapi apa daya gaada yg deketin gue. Atau mungkin cuma perasaan gue aja? Mungkin emang diri gue yang gamau ngebuka diri? Entahlah, gue masih merenung.
Beberapa waktu lalu, gue mikir kalo jombo itu enak banget. Karena gue ga pernah jomblo sampe selama ini. Bebas pergi kemana aja, bebas bertemen sm siapa aja, ya lbh byk enaknyalah. 
Tapi sejak negara api menyerang, mulailah muncul perasaan "nyet, bete juga ya jomblo kelamaan". Klo lo jomblo byk yg deketin sih ga masalah, tp kalo gaada yg deketin sama sekali? Ha! Gils!

Pernah gue curhat ke tmn gue, namanya Dika, "ka gue bete deh ga punya cowo. Gaada yg deketin gue juga".
Dika pun menjawa, "beb bukannya gaada yg deketin lo, tp lo nya yg ga sadar".
Pernah juga gue cerita ke Tole, "le gue pgn punya pacar tp bingung, yg deketin gue aja gaada gmn mau punya pacar?"
Tole jawab, "bukannya gaada ca, banyak! Banyak yg deketin lo, cmn lo sendiri  yang ga sadar. Lo sibuk mikirin sakit hati lo".
Tai lah. Mungkin gue ga sadar, mungkin juga bener kata mereka berdua. Gue terlalu sibuk mikirin sakit hati gue.

Kadang gue mikir, gue bosen gini terus. Bingung mau kemana tiap malem minggu, mau kemana kalo gabut. Ujung2nya malah ke tongkrongan. Sampe ada bapak2 yg suka nongkrong di situ blg gini "lo gaada yg ngapelin ye? Tiap malem minggu ke sini mulu".
Ah itu si Papi, panggilan bapak2 itu, dongkolin bgt. Agak bete sih tapi bener juga kata dia wkwkwk.
Kadang gue bersyukur sama keadaan gue saat ini. Biarpun gue ga punya cowo, tapi gue punya banyak tmn2 yg ada di sekeliling gue. Seengganya dgn ada mereka di sekeliling gue, sesaat bisa ngelupain rasa sepi di hati. Tapi tetep aja ya, gapunya "someone" yang special di dlm hati itu gaenak juga loh. 


"They say, LOVE hides behind every corner. I must be walking in circles"

- anonymous -

New Experience, Being a Volunteer for Teach For Indonesia (TFI) - Day 1



Berawal dari tugas mata kuliah CB alias Character Building: Developing Interpersonal pada semester 4, yang mana mewajibkan para mahasiswa Binus University (termasuk saya) untuk melakukan kegiatan sosial. Tugas ini mengambil alih sebagian besar nilai untuk mata kuliah tsb. Being a volunteer was not a first time for me, karena saya sendiri (dulu) pernah menjadi volunteer, walaupun bukan volunteer khusus kegiatan sosial.

Oke, dimulai dari pembentukan kelompok. Kelompok saya terdiri dari saya sendiri, Rizky, Karin, Prila, dan Kharil. Kami sempat bingung mau melakukan aksi sosial seperti apa, karena tidak diperbolehkan untuk ke panti asuhan ataupun panti jompo. Sampai akhirnya Rizky menyarankan sebuah yayasan, yaitu Yayasan Sahabat Anak. Rizky shared alamat yayasan itu dan ternyata dekat banget sama rumah saya, lol. Langsung saja saya menawarkan diri untuk survei langsung ke yayasan tsb. Singkat cerita, setelah pulang kuliah saya langsung ke kantor pusatnya di daerah Tambak, Jakarta Pusat. Saya bertemu dengan Humas yayasan tsb, Bpk. Fredikson Horo. Saya sampaikan niat baik kami untuk berpartisipasi dalam kegiatan Yayasan Sahabat Anak. Pak Fredik sangat senang melihat tujuan baik kami, tetapi sayang sekali kemungkinan kami untuk berpartisipasi ke dalam kegiatan tsb tidak dapat terealisasikan, dikarenakan beberapa tempat yang tersedia sudah penuh oleh volunteer lain. Saya kecewa :(

Keesokan harinya, saya menyampaikan hal tsb kepada teman-teman. Kami mencari pilihan alternatif lain. Dan sampailah pada keputusan untuk melakukan aksi sosial di sekitar lingkungan Binus. Khairil mendapati bahwa ada banyak anak-anak diusia dini yang kurang mendapatkan pendidikan formal dan bekerja menjadi seorang pengarit rumput  di TPU Grogol Kemanggisan.


Day 1
Rabu, 6 Mei 2015

Kami memutuskan untuk langsung mendatangi TPU Grogol Kemanggisan dan menemui staff untuk membicarakan maksud baik kami. Alhamdulillah, tujuan kami diterima dengan baik. Beberapa staff membantu kami untuk mengumpulkan anak-anak yang sedang mengarit rumput.


Ada beberapa anak-anak yang menolak untuk berpartisipasi. Saya membujuk dan menjemputnya untuk turut serta dalam kegiatan. Alhamdulillah, di hari pertama ini, kami dapat mengumpulkan beberapa anak, dengan usia antara 3-10 tahun.

Di hari pertama, kami memberikan berbagai macam pelajaran. Di antaranya adalah berhitung dan mengenal huruf abjad. Saya sedih melihat anak-anak itu, banyak sekali yang belum mengenal abjad. Di sinilah kami mulai semangat untuk terus mengenalkan kepada mereka, membimbing mereka dengan sabar. Meskipun sedikit terkendala oleh beberapa faktor, tapi kami tidak putus asa. Anak-anak yang kami ajarkan pun terlihat sangat ceria dan semangat menerima apa yang kami berikan.
Petemuan dimulai dari pukul 8 pagi dan berakhir pukul 12 siang. Tidak terasa telah 4 jam, kami bergembira bersama.